BAB I
MAKNA DAN
HAKIKAT ISLAM
A. Makna Islam
(مَعْنَى الإِسْلاَمِ )
1. Islam
berasal dari bahasa Arab yang memiliki banyak arti :
a. Islam berasal dari kata "islaamul wajhi " (أَسْلَمَ وَجْهَهُ ) yang artinya
menundukan wajahnya. Seorang muslim berarti menundukan wajahnya di hadapan
Allah SWT,karena rasa hormatnya kepada Allah SWT.
b. Islam berasal dari "istislaam" (الإِسْتِسْلاَمُ) yang berarti berserah diri. Seorang muslim berarti
orang yang berserah diri kepada Allah SWT,apapun yang akan diperbuat oleh
Allahkepada dirinya ia akan pasrah,menyerah,ridho.
c. Islam juga berasal dari kata "as-salaamah" (اَلسَّلاَمَةُ) yang artinya suci dan bersih. Seorang muslim adalah
orang yang besih badan ,pakaian,pikiran dan hatinya. Kebersihan ini merupakan
keiklasan islam,sehingga Bab Thaharah (Bersuci) menjadi yang pertama dalam
Fiqh.
d. Islam berasal dari kata "as-salaam" (اَلسَّلاَمُ) yang artinya selamat sejahtera. Seorang muslim
selalu memberikan keselamatan dan kesejahteraan bagi orang lain. Ucapan
salam adalah khas bagi muslim. Rasulullah SAW mendorong umatnya agar
menebarkan salam kepada orang yang dikenal dan tidak dikenal.
e. Islam juga berasal dari kata "as-silmu atau
as-salmu" (اَلسِّلْمُ) yang artinya
perdamaian. Islam adlah agama yang damai,bukan agama kekerasan. Orang muslim
adalah orang yang menebarkan kedamaian di muka bumi.
Jadi Islam berarti :
1. Menundukan wajah kehadirat Allah SWT
2. Berserah diri kepada Allah SWT
3. Kesucian dan kebersihan
4. Keselamatan dan kesejahteraan
5. Perdamaian
6. Dan inilah yang diridhoi oleh Allah SWT,siapa
yang mencari agama lain akan ditolak diakhirat dan rugi.
B. Hakikat
Islam
Sebagai agama.
islam memiliki sebutan-sebutan yang menjelaskan hakikat dari islam,
sebutan-sebutan itu sebagian terkait dengan maknanya secara bahasa dan ada juga
yang terpisah.
A. اَلْخُضُوْعُ
Islam adalah agama yang menekankan pada ketundukan
manusia pada Sang Pencipta. Seorang Muslim adalah orang yang tunduk pada
perintah dan larangan Allah agar menjadi orang yang bertakwa. Shalat merupakan
contoh ketundukan seorang Muslim, terutama pada saat ruku’ dan sujud.
B. وَحْيٌ إِلَهِيٌّ
Islam adalah satu-satunya agama yang berasal dari
Wahyu Allah. Tak mungkin Allah menetapkan lebih dari satu agama yang
perbedaannya jauh sekali dan bertentangan ajaran-ajarannya
C. دِيْنُ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ
Islam adalah agama para nabi dan rasul. Semua nabi dan
rasul membawa agama yang sama dan satu, yaitu Islam
D. أَحْكَامُ اللهِ
Islam adalah minhajul hayah (pedoman hidup) yang
berisi hukum-hukum Allah. Kehebatan hukum-hukum Allah salah satunyaberasal dari
Pencipta alam semesta, berarti yang paling tahu seluk-beluk alam semesta.
Karena itu, Allah menekankan sekali agar berhukum dengan apa yang telah Allah
turunkan
E. اَلصِّرَاطُ اَلْمُسْتَقِيْمُ
Islam adalah jalan yang lurus (shiratul mustaqim) à
jalan yang selamat sampai sorga. Rasulullah SAW pernah membuat sebuah garis
lurus, kemudian di sisi-sisinya ada garis-garis lain yang menyimpang ,di setiap
persimpangan ada para penyeru ke neraka Jahannam
F. سَلاَمَةُ الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ
Islam adalah agama yang menjamin pemeluknya akan
selamat dan sejahtera di dunia dan di akhirat. Orang yang beragama selain Islam
akan tertolak amalnya (3:85), atau dijadikan debu (25:23), hidupnya sempit
(20:124) meski bergelimang harta. Setiap Muslim yang mengucapkan syahadat dan
tidak syirik pasti masuk sorga meskipun dia mencuri dan berzina, meskipun
dosa-dosanya itu mesti dibersihkan dulu di neraka (na’udzu billah min dzalik).
Abu Dzar saja heran terhadap sabda Nabi ini hingga menegaskannya 3x dan
mendapat jawaban yang sama; pada jawaban terakhir Rasul bersabda, “Walaupun
hidung Abu Dzar keropos.”
Kesimpulan
Berdasarkan materi diatas dapat disimpulkan bahwa :
Islam merupakan agama yang sangat ideal dan sempurna.
Banyak faktor yang mencoba menutupi kesempurnaan Islam, namun kesempurnaan
Islam tidak dapat tertutupi. Hal inilah yang menjadikan muslim di dunia selalu
meningkat.
BAB II
UNIVERSITAS
ISLAM
A. Agama
Universal
Islam adalah
agama yang universal/integral/menyeluruh atau agama yang SYAMIL. Kemenyeluruhan
atau universalitas Islam (syumuliyyatul Islam) meliputi segala aspek.
Paling tidak,
ada 3 aspek syumuliyyatul Islam :
1. Universal
dari segi MASA (شُمُوْلِيَّةُ الزَّمَانِ)
2. Universal
dari segi SISTEM (شُمُوْلِيَّةُ الْمِنْهَاجِ)
3. Universal
dari segi TEMPAT (شُمُوْلِيَّةُ الْمَكَانِ)
1. Dari Masa ke
Masa (شُمُوْلِيَّةُ الزَّمَانِ)
Islam adalah
agama manusia pertama (Nabi Adam AS) dan para nabi dan rasul setelahnya, sampai
berakhir pada Nabi Muhammad SAW.
Jadi Islam
adalah agama dari masa ke masa, tidak pernah terputus.
Islam Agama
Satu-satunya.
Allah SWT
menegaskan bahwa sebutan MUSLIMIN (orang-orang Islam) bukan sebutan baru bagi
umat Nabi Muhammad SAW, tapi seluruh pengikut para Nabi dan Rasul disebut
Muslimin.
Kesatuan
Risalah وَحْدَةُ الرِّسَالَة)ِ)
1. Islam menyeluruh dari zaman ke zaman karena adanya
kesatuan risalah para Rasul yang diutus Allah SWT
2. Misi para rasul adalah sama: akidah dan ibadah
3. Tidak ada dari rasul yang kemudian mendirikan agama
baru, dengan penyembahan yang baru, misalnya menyembah dirinya. Bahkan
Al-Qur’an itu sudah disebut-sebut di kitab-kitab sebelumnya.
Risalah Penutup
Kesatuan
risalah (misi) itu sampai dengan risalah yang dibawa oleh penutup para Nabi,
Muhammad SAW. Inilah risalah terakhir (penutup) sekaligus penghapus,
penyempurna risalah-risalah sebelumnya
2. Universal
dari segi SISTEM (شُمُوْلِيَّةُ الْمِنْهَاجِ)
Syumuliyyatul
Islam yang kedua adalah syumuliyyatul minhaj (universalitas dari segi sistem
atau tatanan). Minhaj Islam memang meliputi seluruh sendi kehidupan manusia,
tidak ada yang terlupakan.
Karena itu,
tidak boleh memecah-mecah ajaran Islam (sekularisme sangat ditolak dalam
Islam!). 2:85 أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَتَكْفُرُونَ بِبَعْضٍ à Allah marah
kepada orang yang beriman kepada sebagian Al-Qur’an, dan ingkar terhadap
sebagian yang lain à balasannya? kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari
kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat.
Prinsip Minhaj
Islam :
Pondasi (اَلأَسَاسُ)
Bangunan (اَلْبِنَاءُ)
Pendukung atau
atap (اَلْمُؤَيِّدَاتُ)
Bangunan Islam
-
Pondasinya adalah syahadatain
-
Tiang-tiangnya adalah empat rukun Islam lainnya: shalat, puasa, zakat, hajji
àapakah bangunan yang hanya pondasi dan tiang sudah cukup? Ada yang mau tinggal
di situ?
-
Dinding-dindingnya ada empat:
1.
Sistem sosial (الإجتماعي)
2.
Sistem politik (السياسي)
3.
Sistem ekonomi (الإقتصادي)
4.
Sistem budaya (الثقافي)
-
Atapnya adalah jihad fi sabilillah. Secara lebih sederhana, minhaj yang utuh
yang diserupakan dengan bangunan yang utuh, terdiri dari :
1.
Pondasi: akidah
2.
Bangunannya: ibadah dan akhlak
3.
Atapnya: jihad dan dakwah
Pondasi atau
Asas.
-
Asas bangunan Islam adalah asas yang paling kokoh: AQIDAH yang terangkum dalam
syahadatain (rukun Islam pertama) dan enam rukun Iman
-
Sedangkan asas yang lain seperti tepian jurang yang hampir longsor
Jenis Pondasi.
IBADAH dalam
arti luas: mahdhah (khusus, ritual) dan ‘ammah (semua perbuatan baik, termasuk
empat dinding-dinding tadi)
AKHLAK: tata
pergaulan antara manusia dengan Allah, sesamanya, lingkungan, dan juga dirinya
sendiri
3. Universal
dari Segi Tempat (شُمُوْلِيَّةُ الْمَكَانِ)
-
Islam berlaku untuk segala tempat (seluruh dunia)
-
Segala tempat di bumi ini à mesti tegak Islam di atasnya
B. 10
Sistem Hidup
Secara rinci,
ada 10 sistem hidup dalam Islam
Sistem
keyakinan (اَلاِعْتِقَادِيُّ)
Sistem akhlak (اَلأَخْلاَقِيُّ)
Sistem perilaku
(اَلسُّلُوْكِيُّ)
Sistem perasaan
(اَلشُّعُوْرِيُّ)
Sistem
pendidikan (اَلتَّرْبَوِيُّ)
Sistem sosial (اَلاِجْتِمَاعِيُّ)
Sistem politik
(اَلسِّيَاسِيُّ)
Sistem ekonomi
(اَلاِقْتِصَادِيُّ)
Sistem militer
(اَلْعَسْكَرِيُّ)
Sistem hukum
perundang-undangan (اَلْجِنَائِيُّ)
BAB III
MAKNA DUA
KALIMAT SYAHADAT
A.
Rukun Islam
Islam dibangun
diatas lima perkara; Bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah selain
Allah dan bahwa nabi Muhammad utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan
zakat, melaksanakan haji dan puasa Ramadhan.
Rukun Islam ada
5
-
Mengucapkan dua kalimat syahadat
-
Mendirikan shalat
-
Menunaikan zakat
-
Puasa bulan Ramadhan
-
Menunaikan haji bagi yang mampu
1.
Rukun Pertama:
•
Diletakkan di urutan PERTAMA dalam rukun Islam berarti syahadatain itu sangat
penting Ia menjadi titik tolak baiknya rukun selanjutnya
•
Shalat memang berat ,tapi ringan bagi yang khusyu’ (karena imannya benar)
•
Zakat juga berat, tapi bagi yang meyakini balasan dari Allah yang sangat besar,
tentu akan menjadi ringan
•
Puasa juga berat, tapi bagi yang beriman dengan baik, akan jadi ringan
•
Haji juga berat, tapi bagi yang bertakwa itu menjadi ringan
•
Jadi yang menentukan adalah iman, yang ditentukan oleh baiknya syahadatnya
(rukun pertama)
Prinsip –
prinsip Islam
Inti ajaran
Islam adalah Ikhlas kepada Allah , Mengikuti ajaran Rasul SAW Keduanya ada dalam
syahadatain. Inti Al-Qur’an ada di surat Al-Fatihah à Penting, sehingga wajib
dibaca setiap shalat. Belajar Mulai dari Global Mempelajari sesuatu lebih mudah
dari yang global lebih dahulu, baru yang lebih rincinya Semasa di sekolah juga
seperti itu
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
Maka
ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Hak) melainkan Allah dan
mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan
perempuan (47:19)
SYAHADAT ASAS
PERUBAHAN
Harus mulai
dari mana kalau kita ingin melakukan perubahan (masyarakat)? Pertanyaan yang
jawabannya sangat sulit, Rasul SAW sendiri bingung Allah SWT-lah yang
menunjukkannya.
إِنَّمَا أُنْزِلَ أَوَّلُ مَا أُنْزِلَ مِنْهُ سُوْرَةٌ مِنَ الْمُفَصِّلِ فِيْهَا ذِكْرُ الْجَنَّةِ وَالنَّارِ حَتَّى إِذَا ثَابَ النَّاسُ إِلَى الإِسْلاَمِ نَزَلَ الْحَلاَلَ وَالْحَرَامَ وَلَوْ نُزِّلَ أَوَّلُ شَيْءٍ :لاَ تَشْرَبُوا الْخَمْرَ لَقَالُوْا لاَ نَدَعَهَا أَبَدًا ، وَلَوْ نُزِّلَ : لاَ تَزِنُوْا لَقَالُوْا لاَ نَدَعَ الزِّنَا
Sesungguhnya
yang pertama-tama turun dari Al-Qur’an adalah surat ‘Al-Mufashshil’ yang berisi
peringatan tentang sorga dan neraka. Hingga keislaman manusia itu kokoh,
turunlah tentang halal dan haram. Jika yang pertama kali turun sesuatu yang
berkenaan dengan: ‘Jangan minum khamar’, pastilah mereka berkata, ‘Kami tidak
akan meninggalkannya selamanya’; ‘Jangan berzina’, pastilah mereka berkata,
‘Kami tidak akan meninggalkannya. (HR Imam Al-Baihaqi dalam Sya’bul Iman:
5/322)
SYADAHAT
HAKIKAT DAKWAH PARA RASUL
Setiap rasul
yang diutus oleh Allah pasti membawa kalimat syahadat Jadi ini seperti
pesan berantai yang menunjukkan bahwa pesan syahadat
Wahyu Setiap
Rasul
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا أَنَا فَاعْبُدُونِ
Dan Kami tidak
mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya:
"Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah
olehmu sekalian akan Aku".
Nabi Nuh AS
(7:59)
لَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ فَقَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ
Sesungguhnya
Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: "Wahai kaumku
sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya."
Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa
azab hari yang besar (kiamat).
Nabi Hud AS
(7:65)
وَإِلَى عَادٍ أَخَاهُمْ هُودًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ أَفَلا تَتَّقُونَ
Dan (Kami telah
mengutus) kepada kaum Ad saudara mereka, Hud. Ia berkata: "Hai kaumku,
sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Maka mengapa
kamu tidak bertakwa kepada-Nya?"
Nabi Shalih AS
(7:73)
وَإِلَى ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ
Dan (Kami telah
mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka, Saleh. Ia berkata. "Hai
kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya
Nabi Syu’aib AS
(7:85)
وَإِلَى مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ
Dan (Kami telah
mengutus) kepada penduduk Madyan saudara mereka, Syuaib. Ia berkata: "Hai
kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya
Syahadat
memiliki keutaman
§ Kalimat
thayyibah laa ilaaha illallah adalah sebaik-baik dzikir
§ Syahadat juga
telah memunculkan generasi terbaik umat (khairu ummah)
§ Generasi yang
agung ini diakui langsung oleh Allah SWT (3:110)
§ Jika ingin
generasi seperti itu muncul lagi, syahadat adalah kuncinya
BAB IV
KANDUNGAN
SYAHADAT
A. Makna “Asyhadu” (أشهد)
Penggunaan lafadz “asyhadu” sebagai kata kunci dalam kalimat yang menjadi pintu
gerbang Islam itu, tentu bukanlah tanpa sebab, karena ada lafaz lain yang
maknanya mirip, misalnya “uqirru” (saya mengakui) maupun “U’linu” (saya
memproklamirkan). Tapi toh bukan dua kata itu yang digunakan. Jika ditanya, apa
sebab pemilahan lafaz “asyhadu” itu, dan bukan yang lainnya? Jawaban yang tepat
dan pasti benar adalah: Allahu a’lam (Allah-lah Yang Paling Mengetahui). Namun
pasti ada hikmah yang bisa kita gali dari pemilihan lafaz tersebut.
Kata “asyhadu” sendiri sesungguhnya memiliki tiga makna, kata Ustadz Sa’id
Hawwa dalam bukunya Al-Islam. Dan semua makna itu terpakai dalam Al-Qur’an. Apa
makna-makna yang terkandung dalam kata “Asyhadu” itu? Al-ustadz Said Hawwa
menjelaskan bahwa kata “asyhadu” dengan segala turunanya memiliki makna-makna:
Pertama, “melihat dengan mata kepala sendiri” (mu’ayanah مُعَايَنَة ). Ini terpakai dalam firman Allah Ta’ala,
“Melihatnya (yasyhaduhu) para malaikat yang didekatkan.” ( QS Al-Muthafifin:
21).
Kedua,
“mengutarakan dengan kesaksian atau keterangan berkenaan dengan sesuatu atau
seseorang yang dia ketahui berdasarkan hasil pengindraannya. “Asyhadu” dengan
makna ini bisa kita temukan pada ayat:“Dan mintalah kesaksian (wa asyhidu) dua
orang yang adil di antara kalian.” (QS Ath-Thalaq:2). Ketiga, “sumpah”.
Al-Qur’an menggunakannya dalam ayat: “Apabila datang kepadamu orang-orang
munafiq, kami bersumpah (nasyhadu) bahwa engkau adalah utusan Allah.” ( QS
Al-Munafiqun: 1).
Ketiga arti
Asyhadu – dengan segala turunan katanya – itu berjalin berkelindan: seseorang
akan bersumpah ketika dia menyampaikan kesaksian. Dan tidaklah ia akan
memberikan kesaksian kecuali atas dasar apa yang diketahui secara pasti.
Atas dasar uraian lafadz “asyhadu” dari sisi bahasa (lughah) itu, Ustadz Sa’id
Hawwa mengatakan, bisa ditarik kesimpulan bahwa orang yang mengikrarkan dua
kalimat syahadat seharusnya:
Pertama, “melihat” bahwa tiada tuhan selain Allah, dengan akal dan hatinya. Dan
dalam rangka membimbing ke arah itu, Allah menegaskan: “Seandainya di langit
dan di bumi itu ada tuhan-tuhan selain Allah, niscaya keduanya (langit dan bumi
itu) akan hancur.” ( QS Al-Anbiya: 22).
Kedua, memberi
kesaksian atas apa yang ia “lihat” itu dengan lisannya. Oleh karena itu
mengucapkan dua kalimat syahadat merupakan rukun Islam yang pertama. Tidaklah
diterima keislaman seseorang kecuali dengan mengikrarkannya.
Dan yang ketiga, kesaksian itu haruslah didasari keyakinan tanpa keraguan.
Rasulullah saw bersabda: “Tak seorang pun yang bersyahadat tiada tuhan selain
Allah dan Muhammad itu utusan Allah secara tulus dari hatinya, melainkan pasti
Allah haramkan baginya neraka.” (Riwayat Al-Bukhari dari Al-Qatadah).
Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyyah mengomentari hadits ini dengan mengatakan “Hadits itu berlaku
untuk orang yang mengucapkannya lalu mati dalam keadaan memegang teguh kalimat
tersebut. Dan kalimat syahadat itu juga bersyarat, yakni diucapkan secara
ikhlas dari hati, tanpa keraguan, tulus, dan penuh keyakinan”.
Namun, lanjut beliau, kebanyakan orang mengucapkannya tanpa keikhlasan. Dan
kebanyakan mereka mengucapkannya karena taqlid (ikut-ikutan) atau karena
tradisi, semetara manisnya iman belum menghiasi hatinya. Dan justru orang mendapatkan
siksa ketika mati atau di alam kubur adalah orang-orang seperti itu,
sebagaimana disebutkan dalam hadits, ”Saya mendengar orang-orang mengucapkan
sesuatu maka sayapun mengucapkannya”. (Fathul Majid, hal. 38).
Said Hawwa pun kemudian menjelaskan pula bahwa orang yang karena kecongkakannya
dan pembangkangannya misalnya, lantas tidak bersyahadat dengan lisannya bahwa
tiada tuhan selain Allah, maka sesungguhnya dia adalah kafir. Dan barang siapa
yang hati dan akalnya tidak menjadi saksi atau ragu bahwa “tiada tuhan selain
Allah” maka dia adalah munafiq walaupun ia mengucapkan kaliamat syahadat
(Al-Islam, hal. 26).
B. Makna “Ilaah” (إلا الله)
Kalimat lain yang perlu dijelaskan adalah : “ilaah”. Dalam penggunaan bahasa
Arab, kata “ilaah” (dengan segala bentuknya dari aliha–ya’lahu) memiliki
beberapa makna. Di antara makna-makna yang sering diucapkan dengan kata-kata
itu adalah: berlindung, merasa tenang, sangat mencintai, dan mengabdi.
Dan seperti halnya lafadz “asyhadu”
arti yang terkandung dalam lafadz “ilaah” juga mempunyai kaitan arti satu sama
lain. Kaitannya, mengutip penjelasan ustadz Sa’id Hawwa adalah: Seseorang hanya
akan berlindung kepada sesuatu atau seseorang yang membuat dia merasa tenang.
Lantas, jika sesuatu atau seseorang itu telah mampu membuat dia merasa tenang
maka dia akan mencintainya. Dan jika seseorang sangat mencintai sesuatu atau
seseorang maka apapun yang dikehendakinya olehnya akan dipatuhinya.
Karenanya, manakala seseorang
mengucapkan “la ilaaha illallahu” dia sesungguhnya tengah mengikrarkan kalimat
“Tidak ada yang menjadi tempat berlindung selain Allah; tidak ada yang membuat
saya tenang dan tenteram selain Allah; tiada yang lebih saya cintai selain
Allah. Dan oleh karena itu saya tidak mengabdi kepada selain Allah.”
Dan memang Al-Qur’an telah mengarahkan manusia Muslim untuk mempunyai sifat dan
sikap seperti itu, di antaranya:
• Seorang
muslim tidak boleh berlindung kepada selain Allah. Berlindung kepada selain
Allah sama sekali tidak mendatangkan manfaat. Allah menginformasikan tentang
pernyataan jin. ”Dan sungguh ada kaum laki-laki dari manusia yang minta
berlindung kepada kaum laki-laki dari jin, maka mereka (manusia) itu hanya
menambah mereka (jin-jin) semakin congkak.” (QS Al-Jin: 6). Ayat itu menegaskan
tentang kesia-siaan orang yang minta perlindungan kepada selain Allah.
• Seorang
mukmin mendapat ketentraman dengan mengingat Allah. Firman Allah: “Orang-orang
yang beriman dan hati mereka merasa tenang tenteram dengan mengingat Allah.
Ingatlah, hanya dengan mengigat Allah-lah hati akan menjadi tenteram.” ( QS
Ar-Ra’ad: 28).
• Orang beriman
akan menjadikan Allah sebagai Yang paling dia cintai melebihi yang lain: “Dan
di antara orang-orang yang menyembah sekutu-sekutu selain Allah yang mereka
cintai sebagaimana mereka mencintai Allah. Sedangkan orang yang beriman sangat
cinta kepada Allah.” ( QS Al-Baqarah: 165).
• Orang yang beriman
mempersembahkan kehidupan dan pengabdiannya kepada Allah. Ini sesuai dengan
ikrar harian: ”Hanya kepada Engkaulah kami mengabdi dan hanya kepada engkaulah
kami memohon pertolongan.” ( QS Al-Fatihah: 5).
BAB V
PENGERTIAN KATA
ILLAH
A.
Kata ILAH Terdiri
atas tiga huruf : alif, laam, dan haa.
Kalau merujuk
ke kamus besar bahasa Arab, maka ALIHA itu memiliki beberapa arti, yaitu :
•
Tenang/tentram (سَكَنَ إِلَيْهِ)
•
Memohon perlindungan (اِسْتَجَا رَ بِهِ)
•
Yang dituju karena rindunya (إِشْتَا قَ إِلَيْهِ)
•
Paling dicintai/dirindukan (وُلِعَ بِهِ)
•
Mengabdi (عَبَدَهُ)
Tenang/tentram
(سَكَنَ إِلَيْهِ)
Seorang muslim
harus yakin bahwa tidak ada yang dapat menenangka dan menentramkan kecuali
menjalin hubungan dengan Allah.
أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبُ
Ingatlah hanya
dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram.
Memohon
perlindungan (اِسْتَجَا رَ بِهِ)
Minta
perlindungan kepada jin, adalah dosa besar. Meskipun semua makhluk melindungi
seseorang, tapi Allah hendak menimpakan bencana, maka akan tetimpa bencana.
Begitu pula sebaliknya (Hadits).
Yang dituju
karena rindunya (إِشْتَا قَ إِلَيْهِ)
Larilah kamu
menuju Allah(51:50-51) :
•
Kalau lari, tabiatnya muka ke depan dan tidak berpaling kekiri dan kekanan
•
Jangan terbuai dengan dunia dan orang lain.
Paling
dicintai/dirindukan (وُلِعَ بِهِ)
Kita boleh cinta kepada anak, harta
dan yang lainnya, tapi yang paling dicintai haruslah Allah. Karena kecintaan
seorang mu’min kepada Allah harus sangat cinta, bukan sama cintanya dengan
kepada selain-Nya.
Kenapa cinta
tertinggi harus kepada Allah ?
•
Karena tabiat cinta itu menuntut pengorbanan.
•
Menuruti tuntutan anak, istri dan lainnya tidak boleh bertentangan dengan
Allah.
Mengabdi (عَبَدَهُ)
Ini arti ILAH
yang merangkum semua arti ILAH di atas. Karena mengabdi berarti :
•
Merasa tenang
•
Minta perlindungan
•
Menuju karena rindunya
•
Mencintainya
Berarti لاإله إلاالله maknanya “Tidak ada yang berhak disembah kecuali
Allah”.
Tuntutan
Pengabdian
Pengabdian itu
tercapai kalau dilakukan dengan :
•
Sempurna dalam mencinta (كَمَالُ الْمَحَبَّةِ)
Merasa asyik
bersamanya
Berlama-lama
bersamanya
•
Sempurna dalam menghinakan diri (كَمَالُ التَّذَلُّل)
•
Sempurna dalam ketundukan (كَمَالُ الْخُضُوْع)
ILAH (Ibnu
Taimiyah)
هُوَ الَّذِي يَأْلَهَهُ الْقَلْبُ بِكُلِّ الْحُبِّ وَالتَّعْظِيْمُ وَالرَّجَااءِ وَالخَوْفِ وَنَحْوُ ذَلِكَ
Segala yang digandrungi hati dengan
segenap kecintaan, pengagungan, penghormatan, pemuliaan, harap, cemas dan
sederajat dengan itu.
Pengabdian
kepada Allah
Pengabdian
hanya kepada Allah saja karena :
Allah pemilik
otoritas
hak
menciptakan, memeintah dan memimpin hanyalah hak Allah.
إِنَّ وَلِيِّيَ اللَهُ الَّذِي نَزَّلَ الْكِتَابَ وَهُوَ يَتَوَلَّى الصَّالِحِين
Sesungguhnya pelindungku ialah Allah
yang telah menurunkan Al Kitab (Ai Qur’an) dan Dia melindungi orang-orang yang
saleh. (7:196)
Allah pemilik
ketaatan
Ketaatan yang utama adalah kepada
Allah. Ketaatan kepada RAsul Allah karena Rasul Allah tidak pernah ma’siyat
kepada Allah, sehingga nilai ketaatannya sama. Taat pada ulil amri punya
syarat, ulil amri itu harus taat kepada Allah.
لاَطَاعَةَ فِي مَعْصِيَةٍ إِنَّمَا اطَّاعَةُ فِي الْمِعْرُوْفِ
Tiada ketaatan
dalam ma’siyat, ketaatan itu hanya pada masalah ma’ruf (Muttafaq alaih)
Allah pemilik
kedaulatan
Kedaulatan ada
di tangan Allah.
إِنَّ الْحُكْمُ إِلالله
Menetapkan
kehendak itu hanyalah hak Allah
Ilah
Satu-satunya Allah SWT
•
Yang kita berikan cinta yang sempurna, penghinaan diri yang sempurna,
ketundukan yang sempurna hanyalah Allah
•
Yang memiliki otoritas, ketaatan, dan kedaulatan hanyalah Allah saja
Loyalitas dan Pemutusan Hubungan
Akarnya Kokoh (أَصْلُهَا ثَابِتٌ)
• Ini syarat
sebuah pohon bisa hidup dengan baik
• Akar adalah
tempat menyerap makanan
• Akar juga
untuk mengikat pohon dengan tanah sehingga tidak roboh
• Akar yang
kokoh mampu menahan angin yang kencang
• Iman yang
kuat: akar imannya menghunjam ke dalam hati
kan kokoh dan teguh dalam menghadapi tantangan dan ujian
Cabangnya
(Menjulang) Ke Langit (فَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ)
• Karena
akarnya kokoh, maka mampu menopang cabang-cabang yang menjulang tinggi ke
langit
• Ketinggian
atau lebarnya cabang-cabang menunjukkan akarnya juga seperti itu
• Ini adalah
pohon yang rindang menyejukkan bagi siapa saja yang bernaung di bawahnya
• Daunnya juga
lebat: daun adalah dapurnya pohon
• Iman yang
seperti itu menyenangkan siapa saja yang bernaung di bawahnya dan memancarkan
sinarnya yang menyejukkan
Kalimat yang
Buruk (14:26)
• Selain لاإله إلاالله adalah kalimat
yang buruk (كَلِمَةٍ خَبِيثَةٍ )
• Mereka
seperti pohon yang buruk (كَشَجَرَةٍ خَبِيثَةٍ)
• Cirinya tidak
perlu banyak, cukup satu saja: akarnya tercerabut dari bumi (اجْتُثَّتْ مِنْ فَوْقِ الأرْضِ)
Tidak akan
kokoh (مَا لَهَا مِنْ قَرَارٍ)
Tidak akan
menjulang ke langit dahannya
Tidak akan
berbuah
• Contoh: tauge
Rincian Kalimat
لاإله إلاالله
• Kalimat لاإله إلاالله terdiri atas
empat kata
1. لا
2. إله
3. إلا
4. الله
• Masing-masing
memiliki fungsi
1. لا fungsinya adalah meniadakan (اَلنَّفْيُ)
• Atau makna
yang sejenis: menghancurkan, meruntuhkan, membabat, menghilangkan
2. إله fungsinya sebagai yang ditiadakan (اَلْمَنْفِيُّ)
• Pembahasannya
sudah diuraikan di A03 Ma’nal Ilah
3. Keduanya
mengandung maksud bahwa kita harus berlepas diri dari semua ilah atau disebut
dengan اَلْبَرَاءُ
• Ada empat
makna yang dimaksud oleh kata al-bara’
1. Mengingkari
atau menolak (اَلْكُفْرُ)
2. Memusuhi (اَلْعَدَاوَةُ)
3. Membenci (اَلْبُغْضُ)
4. Memutuskan
atau mengisolir (اَلْمُفَاصَلَةُ)
• Jadi
memutuskan hubungan dengan semua ilah disertai pengingkaran, permusuhan dan
kebencian
masih
mungkin balik lagià• Putus hubungan tanpa menolak, memusuhi dan membencinya
Syahadatain
untuk Perubahan (التَّغْيِيْرُ)
• Syahadatain
yang benar mampu merubah seseorang: berubah menjadi pribadi baru
• Berubah dari
pribadi biasa menjadi PRIBADI YANG ISLAMI (الشَّخْصِيَّةُ الإِسْلاَمِيَّةُ)
– Pribadi yang
diwarnai dengan warna syahadatain
– Pribadi yang
punya sikap hidup tauhid
• Perubahan
dimulai dari syahadatain, bukan dengan yang lain
Tentara Fikrah
dan Akidah
• Imam Syahid
Hasan al-Banna mengartikan ikhlas dengan menjadi tentara fikrah dan akidah (جُنْدِيفِكْرَة وَعَقِيْدَة )
• Setiap
kata-kata, aktivitas, dan jihadnya, semua harus dimaksudkan semata-mata untuk
mencari ridha Allah dan pahala-Nya, tanpa mempertimbangkan aspek kekayaan,
penampilan, pangkat, gelar, kemajuan, atau keterbelakangan
• Ada sebanyak
19 ayat yang menyebutkan kata “kalimat” (كَلِمَةُ)
• Arti
“kalimat”
• Pernyataan
• Ketetapan
• Konsepsi
(Manhaj)
Islam vs
Non-Islam
• Islam
memiliki ungkapan, pernyataan, ketetapan, dan konsepsi yang berbeda dengan
Non-Islam
• Merujuk pada
materi “Al-Wala wal-Bara”, maka Islam telah membersihkan dirinya
sebersih-bersihnya dari segala kotoran Non-Islam.
Syahadatain vs
Ideologi Jahiliyah
• Ungkapan,
pernyataan, ketetapan, dan konsepsi Islam yang bersih itu bersumber dari
syahadatain
• Sedangkan
Non-Islam berasal dari pemikiran-pemikiran atau ideologi jahiliyah
– Ideologi yang
tumbuh dari tumpukan dosa-dosa
– Padahal dosa
itu menimbulkan bintik hitam (نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ) dalam hati (83:14)
– Apabila tidak
dibersihkan dengan taubat, maka akan menutupi hati (2:7)
– Akhirnya dosa
itu ditetapkan sebagai hukum
Kalimat Allah
vs Kalimat Orang Kafir
• Syahadatain
itu adalah Kalimat Allah (9:40), berasal dari Allah SWT
• Sedangkan
ideologi jahiliyah bersumber dari ungkapan, pernyataan, ketetapan, dan konsepsi
orang-orang kafir (9:40, 74)
– Mereka
bagaikan berada di samudra yang dalam, gelap, ombak bergulung-gulung, tidak
bisa melihat apapun bahkan dirinya sendiri pun tidak (24:40)
Kalimat Allah
itu Tinggi
• Kalimat Allah
itulah yang tinggi, mulia (9:40)
– Karena semua
kemuliaan memang hanya milik Allah (10:65)
• Sedangkan
kalimat orang-orang kafir itu rendah, hina (9:40, 95:5 أَسْفَلَ سَافِلِينَ, 98:6 هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ)
Kalimat Tauhid
vs Kalimat Syirik
• Kalimat Allah
yang tinggi dan mulia itu adalah kalimat tauhid: لاإله إلا الله
• Sedangkan
kalimat orang-orang kafir yang rendah itu adalah kalimat syirik
– Kemusyrikan bagaikan
jatuh dari langit lalu dicerai-beraikan oleh burung akhirnya jatuh di tempat
yang jauh (22:31)
– Kemusyrikan
menyebabkan terpecahnya kepribadian, karena tidak fokus dalam pengabdian
(39:29)
Kalimat Taqwa
vs Kesombongan Jahiliyah
• Kalimat
tauhid itu adalah kalimat taqwa, yang menghantarkan seseorang kepada ketaqwaan
(48:26)
• Sedangkan
kalimat syirik menghantarkan seseorang kepada kesombongan jahiliyah (48:26)
– Suhail bin
Amru ketika masih kafir dalam Perjanjian Hudhaibiyah menolak kalimat basmalah
dan rasulullah (setelah Islam ia sahabat yang gigih membela Islam terutama saat
menghadapi orang-orang murtad)
– Sombong itu
menolak kebenaran dan meremehkan orang lain (الكِبْرُ بَطْرُ الحَقِّ وَ غَمْطُ النَّاسِ)
Kalimat Baik vs
Kalimat Buruk
• Kalimat taqwa
adalah kalimat yang baik (14:24)
• Sedangkan
kesombongan jahiliyah adalah kalimat yang buruk (14:26)
– Tidak
memberikan manfaat bagi manusia
– Didengar pun
tidak enak
Kuat vs Lemah
• Jadi
syahadatain itu kuat
– Pasti menang
(58:21)
كَتَبَ اللَّهُ لأغْلِبَنَّ أَنَا وَرُسُلِي إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ
• Sedangkan
ideologi jahiliyah itu lemah
– Pasti kalah
dan hancur (17:81 زَهُوقًا)
مَرَاحِلُ التَّفَاعُلِ بِالشَّهَادَتَيْنِTahapan
Berinteraksi Dengan Syahadatain
Syahadatain
Menghasilkan Cinta
• Syahadatain
yang diucapkan harus menghasilkan cinta. Kenapa?
• Karena “ilah”
itu artinya yang dianut (panutan)
• Orang tidak
akan manut/taat kalau tidak setia (loyal)
• Tidak akan
setia kalau tidak cinta
• Jadi tuntutan
syahadatain: adanya cinta
• Cinta seperti
apa?
Mencintai Apa
yang Dicintai Allah dan Rasulnya (مَحَبَّةُ مَا أَحَبَّهُ اللهُ وَرَسُوْلُهُ)
• Adanya
penyesuaian dalam kecintaan
• Karena belum
tentu yang kita cintai, pun dicintai Allah dan RasulNya, seperti perang (2:216)
• Ulama
berkata:
• مَحَبَّةُ مَحْبُوْبِ الْمَحْبُوْبِ مِنْ تَمَامِ مَحَبَّةِ الْمَحْبُوْبِ
• “Mencintai
yang dicintai kekasih adalah tanda kesempurnaan cintainya kepada kekasih”
Membenci Apa
Yang Dibenci Allah dan Rasulnya (بُغْضُ مَا أَبْغَضُهُ اللهُ وَرَسُوْلُهُ)
• Allah dan
RasulNya membenci perbuatan (الْفَحْشَاءِ), kemungkaran
(الْمُنْكَرِ) dan permusuhan (الْبَغْيِ) 16:90 kita pun membencinya
• Sungguh akan
membuatnya tersinggung apabila kekasih membenci sesuatu tapi kita malah
menyukainya
Tanda-tanda
Cinta (آيَاتُ المَحَبَّةِ)
• Mengikuti
Rasul SAW (إِتِّبَاعُ الرَّسُوْلِ)
– 3:31 قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي
• Berjihad di
jalan Allah (الْجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ)
– 49:15 bukti
iman yang kokoh adalah jihad di jalan Allah
– Berani
menanggung resiko
Kata Ulama:
– مَحَبَّةُ الْمَحْبُوْبِ لاَ تُنَالُ إِلا بِاحْتَمَالِ الْمَكْرُوْهَةِ
– “Mencintai
kekasih tidak akan tercapai kecauli dengan menanggung segala resiko”
Ridho (اَلرِّضَى)
• Kalau
cintanya sangat tinggi, tentu dia akan RIDHO
• Apapun yang
dikehendaki oleh yang dicintai tentu ia ridho menerimanya
• Siapa yang
harus kita ridhoi?
– Allah sebagai
Robb kita
– Islam sebagai
agama kita
– Muhammad SAW
sebagai Nabi dan Rasul kita
Pendalaman dan
Perluasan Materi
• Masalah ridho
akan diperdalam pada materi khusus tentang ridho (A08)
• Masalah ridho
juga akan diperluas di materi
– Ma’rifatullah
: ridho kepada Allah
– Ma’rifatul
Islam : ridho kepada Islam
–
Ma’rifaturrasul : ridho kepada Rasul SAW
BAB VI
SYARAT
DITERIMANYA SYAHADATAIN
(شُرُوْطُ قَبُوْلِ الشَّهَادَتَيْنِ)
A.
ILMU YANG
MENIADAKAN KEBODOHAN
(اَلْعِلْمُ اَلْمُنَافِيْ لِلْجَهْلِ)
• Seseorang
yang bersyahadat harus memiliki ilmu tentang syahadat yang diucapkannya
• Orang yang
bersyahadat tanpa mengetahui makna/kandungan syahadat tidak diterima
• 3:18 bahwa
yang diakui syahadat (persaksian)-nya hanya tiga pihak: Allah, malaikat, dan
orang-orang yang berilmu
Mati dengan
Ilmu لاإله إلا الله
مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ
Barangsiapa
mati sedangkan dia mengetahui (memiliki ilmu)
لاإله إلا الله masuk sorga
(HR. Muslim)
Perbaharui Iman
dengan لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
جَدِّدُوا إِيمَانَكُمْ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ نُجَدِّدُ إِيمَانَنَا قَالَ
أَكْثِرُوا مِنْ قَوْلِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
“Perbaharuilah
iman kalian.” Dikatakan, “Duhai Rasulullah, bagaimana kami memperbaharui iman
kami?” Bersabda Rasul SAW, “Perbanyaklah mengucapkan لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ” (HR Ahmad)
Banyak
mengucapkan tanpa mengetahui maknanya, tidak akan dapat menghayatinya, sehingga
tidak berpengaruh dalam memperbaharui iman
KEYAKINAN YANG
MENGHILANGKAN KERAGUAN
•
Orang yang bersyahadat harus menghasilkan keyakinan pada dirinya, tanpa
keraguan sedikit pun, tentang keesaan Allah dan kerasulan Nabi SAW
•
49:15 yang disebut mu’min yang sempurna HANYALAH (إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ) orang-orang
yang
Beriman kepada
Allah dan rasulNya
Kemudian mereka
TIDAK RAGU-RAGU (ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا)
Masih Syirik,
Tidak Diterima
•
Kalau masih ada syirik, maka syahadatnya tidak akan diterima
•
Karena kita tidak diperintahkan kecuali untuk beribadah kepada Allah dengan
memurnikan ketaatan
98:5 مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ
18:110 وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
Rahmatan
lil-’Alamin
•
Mu’min yang benar adalah mu’min yang produktivitasnya tinggi
•
Karena produktif, maka surplus
•
Karena surplus, maka bukan hanya orang Islam saja yang mendapatkan manfaat,
tapi juga manusia lainnya, bahkan alam semesta
•
Mu’min seperti inilah yang dapat menjadi rahmat bagi semesta alam (21:108)
Kerelaan
RIDHO
Kalau cintanya
sangat tinggi kepada Allah (2:165), tentu dia akan RIDHO kepada Allah. Apapun
yang dikehendaki oleh yang dicintai tentu ia ridho menerimanya (76:30).
وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ
Dan kamu tidak
mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah.
Tiada seorang
pun yang mampu memberi hidayah kepada dirinya dan tiada pula mampu memasukkan
iman kedalam hatinya serta tiada yang mampu mendatangkan manfaat bagi dirinya
kecuali bila dikehendaki Allah à kita harus menyesuaikan dengan kehendak Allah
dan
MENERIMAN APA
YANG DIKEHENDAKI ALLAH = RIDHO
Yang
Dikehendaki Allah ada empat macam;
Yang
dikehendaki Allah TERHADAP DIRI KITA (مَا أَرَادَهُ اللهُ بِنَا)
Yang
dikehendaki Allah TERHADAP ALAM SEMESTA (مَا أَرَادَهُ اللهُ بِالْكَوْنِ)
Yang
dikehendaki Allah DARI DIRI KITA (مَا أَرَادَهُ اللهُ مِنَّا)
Yang
Dikehendaki Allah Terhadap Diri Kita (مَا أَرَادَهُ اللهُ بِنَا)
Misalnya Allah
menghendaki diri kita besok mendapatkan ini dan itu à kita harus ridho
menerimanya. Sesungguhnya, apa yang dikehendaki Allah terhadap diri kita sudah
ditetapkan sejak umur kita 40 hari di dalam kandungan
ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيهِ الرُّوحَ وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَمْ سَعِيدٌ
Kemudian Allah
mengutus malaikat, lalu meniupkan ruh dan ditetapkan empat ketetapan: rizkinya,
ajalnya, amalnya, dan sengsera atau bahagia (HR. Ahmad).
Realisasi ketetapan
tentu mudah bagi Allah.
Tidak Kita
Ketahui (عَالَمُ الْغَيْبِ)
Apa yang dikehendaki Allah terhadap
diri kita, kita sendiri tidak tahu. Ini termasuk alam ghaib (عَالَمُالْغَيْبِ) besok kita kena musibah atau tidak, kita tidak tahu
dan bahkan besok kita masih ada atau tidak, kita pun tidak tahu. Semuanya hanya
Allah yang tahu. Pengetahuan Allah memang meliputi segala sesuatu (6:101).
Seperti pada 31:34 ; Allah mengetahui apa yang ada dalam Rahim Dan tiada
seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya
besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Qadha dan
Takdir (اَلْقَضَاءُ وَالْقَدَرُ)
Semua hal yang ghaib itu tertuang di
dalam QADHA dan TAKDIR Allah SWT. Para ulama berbeda pendapat dalam mengartikan
qadha dan takdir, ada yang bertukaran antara satu ulama dan ulama lainnya.
QADHA: ketentuan Allah sejak zaman azali (alam belum ada) TAKDIR: realisasi
dari qadha. Misalnya: menuruk qadha Allah besok kita mendapatkan rizki yang
banyak; pas rizki itu datang à itulah takdir. Qadha dan takdir ada 2: baik
(ni’mat) dan buruk (bencana) 21:35 à sebagai UJIAN.
Syukur dan Sabar
Apapun takdir yang menimpa kita à
harus ridho. Realisasi ridho menerima takdir yaitu, Takdir baik à syukur dan
Takdir buruk à sabar. Keduanya adalah sifat mu’min yang mengagumkan;
عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
Menakjubkan
perkara orang beriman sebab segala keadaannya baik dan tidak mungkin terjadi
yang demikian melainkan bagi seorang mu’min: apabila mendapatkan kemudahan
bersyukur maka itu baik baginya, dan apabila ditimpa kesusahan bersabar maka
itu baik baginya (HR. Muslim)
Realisasi Makna
Syahadatain (1)
Syahadat yang
kita ucapkan bukan sekedar pernyataan, tapi sekaligus sumpah dan janji kita
kepada Allah SWT ada 3 macam ;
-
Syahadat adalah proklamasi keislaman kita
-
Syahadat adalah sumpah setia kita
-
Syahadat adalah janji setia kita
Ia perlu realisasi sebagai konsekuensi
dari proklamasi, sumpah dan janji tersebut. Sehingga ia bukan pernyataan
kosong, sumpah palsu dan janji-janji belaka. Setelah seseorang bersyahadat maka
hubungan dirinya dengan Allah SWT menjadi kuat.
Dirinya terikat
dengan hubungan ini dengan ikatan yang sangat kuat yang tidak akan terputus
(2:256):
فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لَا انْفِصَامَ لَهَا
maka
sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak
akan putus
Ada tiga
hubungan yang harus dijaga:
Hubungan cinta
Hubungan cinta kita dengan Allah
setelah bersyahadat haruslah kuat à cinta yang sempurna (2:165). Realisasi
cinta kita dengan Allah: Mengikuti Rasulullah (3:31), menata cinta kita
terhadap selain Allah: mencintai orang dan apa saja yang dicintai Allah dan
membenci orang dan apa saja yang dibenci Allah à lihat kembali materi
“Mahabbatullah”, “Maratibul Hubb”, dan “Lawazimul Mahabbah”, dan berani
menanggung resiko cinta: berjihad dan berkorban (49:15).
Cinta kita
kepada Allah adalah cinta yang pasti berbalas (3:31).
Hubungan
perniagaan
Hubungan yang kuat setelah bersyahadat
adalah hubungan perniagaan (dagang) antara kita dan Allah. Perdagangan dengan
Allah adalah perdagangan yang paling menguntungkan. Seperti pada (61:10)
“Maukah Aku tunjukkan perniagaan yang dapat menyelamatkan kalian dari adzab yang
pedih?” Siapakah yang akan menjawab: MAU!? Orang yang menginginkan selamat di
akhirat!. Dan pada (61:11) ada dua hal yang harus dilakukan: Iman kepada Allah
dan Rasul-Nya dan Berjihad dengan harta dan jiwa.
Hubungan kerja
Setelah bersyahadat maka kita terikat
hubungan kerja dengan Allah. Syahadat adalah perjanjiang kontrak kerja kita
dengan Allah yaitu; Kita adalah PEKERJA ALLAH (اَلْعَامِلُ) (39:39) dan Allah adalah MAJIKAN kita (9:105). Kita
bekerja sesuai order (perintah dan larangan) Allah, bukan seenak kita sendiri à
bisa ditolak hasil pekerjaan kita. Maka yang kita sodorkan haruslah amal
terbaik (67:2, 3:92), bukan amal asal-asalan (3:188) atau ogah-ogahan (22:11).
Jam kerja kita = umur kita. Upah kita = pahala dan sorga serta bonus melihat
Allah (10:26).
تَحْقِيْقُ مَعْنَى الشَّهَادَتَيْنِ
Realisasi Makna
Syahadatain (2)
Pada materi sebelumnya disampaikan
bahwa realisasi syahadatain adalah adanya hubungan yang kuat antara seorang
mu’min dan Allah SWT. Hubungan itu meliputi: Hubungan cinta, Hubungan perniagaan,
dan Hubungan kerja. Dalam materi ini akan dibahas realisasi syahadatain dari
sisi pribadi yang mengikrarkan syahadat à kondisi pribadi yang dapat
merealisasikan syahadatain.
Syahadat adalah
Proklamasi (اَلإِقْرَارُ). Syahadat
yang kita ucapkan adalah proklamasi akan jatidiri kita sebagai muslim dan
mu’min. Proklamasi ini akan mudah disampaikan di tengah masyarakat yang
menghormati aturan-aturan Islam. Tapi di tengah masyarakat yang jauh dari Islam
menjadi lebih sulit, karena akan terasa aneh. Di tengah negara non-muslim akan
lebih sulit lagi, karena bisa berakibat terbatasinya gerak langkah dalam
kehidupannya. Pernyataan: اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَsaksikanlah
bahwa sesungguhnya kami muslim! (3:64) menjadi tantangan berat bagi yang
menyatakannya.
Proklamasi yang
kita sampaikan adalah tentang keesaaan Allah (تَوْحِيْـدُ اللهِ), tidak ada
sekutu bagi Allah. Tidak saling menuhankan sesama manusia dengan menghalalkan
yang diharamkan Allah dan mengharamkan yang dihalalkan Allah (9:31). Tidak
menuhankan hawa nafsunya (25:43, 45:23) sehingga menganggap suatu keharusan
suatu tindakan ma’siyat. Lihatlah bagaimana para artis melakukan adegan-adegan
yang dilarang syari’at dengan dalih tuntutan skenario àskenario sudah menjadi
kitab suci para artis. Jika seorang mentauhidkan Allah, maka sudah seharusnya
memenuhi tuntutannya
–
Sasaran hidupnya (قَصْدُ الْحَيَاةِ ) adalah Allah 6:162
–
Pedoman hidupnya (مِنْهَاجُ الْحَيَاةِ ) adalah Islam 6:153
–
Teladan hidupnya (اَلْقُدْوَةُ فِي الْحَيَاةِ) adalah
Rasulullah SAW 33:21
Apakah diri kita sudah memenuhi
tuntutan ini? Perhatikanlah kisah Abud-Dahdah ketika turun surat Al-hadid ayat
11: “Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah
akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh
pahala yang banyak”.
Hati yang bersih (sehat) adalah hati
yang selalu mengharapkan rahmat Allah SWT (رَجَاءُ رَحْمَةِ اللهِ). Ia menyadari bahwa dirinya penuh dengan kelemahan
dan keterbatasan, sedangkan Allah memiliki segalanya dan rahmatNya sangat luas,
maka ia selalu berharap agar mendapatkan rahmat Allah. Seperti pada (7:156) وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ à ayat
yang besar peliputan dan keumuman maknanya. Sama dengan doa malaikat penyangga
‘arsy (40:7): رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَحْمَةً وَعِلْمًا
Keluasan rahmat
Allah digambarkan bahwa 1% saja dari semua rahmatNya telah membuat semua
makhluk saling mengasihi, hewan liar sayang kepada anak-anaknya, dan burung
saling mengasihi. 99% rahmat Allah akan diberikan pada hari kiamat. 4:104
perbedaan mu’min dan kafir adalah bahwa mu’min mengharapkan rahmat Allah yang
tidak diharapkan oleh orang kafir (وَتَرْجُونَ مِنَ اللَّهِ مَا لَايَرْجُونَ). Sesungguhnya, semua manusia bisa masuk sorga pun
karena rahmat Allah.
اَلصِّبْغَةُ وَالاِنْقِلاَبُ
Pencetakan dan
Perubahan
Syahadatain
أشهد أن لاإله إلا الله و أشهد أن محمدا رسول الله
•
أشهد = الشَّهَادَة mengandung 3
makna:
–
Pernyataan (اَلْإِعْلاَنُ)
–
Sumpah (اَلْقَسَمُ)
–
Janji (اَلْعَهْدُ)
•
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ à لاَ مَعْبُوْدَ إِلاَّ اللهُ (tidak ada
yang disembah kecuali Allah) à hasil akhirnya adalah IKHLAS
•
مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ à لاَ رِسَالَةَ إِلاَّ مَا جَاءَ بِهِ مُحَمَّدٌ (tidak ada
risalah kecuali yang datang dari Muhammad SAW) à karena itu kita mesti ITTIBA’
(mengikuti) Rasulullah SAW
Cinta (اَلْمَحَبَّةُ)
Syahadat adalah komitmen dalam hati
untuk loyal (setia) kepada Allah dan Rasul-Nya. Kesetiaan itu tidak akan wujud
kecuali dengan adanya CINTA. Semakin besar cintanya semakin kuat kesetiaannya.
Allah SWT dan RasulNya pun menuntut orang yang beriman untuk mencintai Allah
dan RasulNya lebih dari yang lainnya à lebih dari cintanya kepada.
Bapak-bapaknya, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan
yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah
tempat tinggal yang kamu sukai (9:24). Diri sendiri: Umar berkata,وَاللَّهِ لَأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ نَفْسِي (demi Allah,
engkau benar-benar lebih aku cintai daripada diriku, HR. Bukhari).
Ridho (اَلرِّضَى)
Cinta menimbulkan kerelaan terhadap
yang dicintai. Ia ridho kepada : Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama dan
Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul. Ridho kepada Allah berarti ridho terhadap
apa yang dikehendaki Allah diantaranya terhadap diri kita (musibah): sabar dan
syukur, terhadap alam semesta (sunnatullah) dan dari diri kita (melaksanakan
syari’at).
Iman (اَلإِيْمَانُ)
Kalau sudah ridho kepada Allah, Islam
dan Rasul, maka berarti kita telah menjadi MU’MIN TULEN. Keadaannya bisa
timbal-balik: mu’min sejati tentu akan ridho terhadap mereka semua. Iman yang
disertai ridho inilah yang akan menghasilkan manisnya iman:
ذَاقَ طَعْمَ الإِيْمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالإِسْلاَمِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولاً
“Telah
merasakan lezatnya iman seseorang yang ridha Allah sebagai Rabbnya, Islam
sebagai dinnya dan Muhammad sebagai Rasulnya.” (HR. Muslim)
Celupan (اَلصِّبْغَةُ)
Keimanan yang kuat akan menjadikan
seorang rela dicelup dengan celupan Allah (صِبْغَةُ اللهِ) (2:138).
Dirinya, luar-dalam, dicelup dengan celupan Allah sehingga memiliki warna
sesuai dengan warna yang dikehendaki Allah. Tentu ini berbeda sekali dengan
orang yang dicelup dengan celupan lain: kapitalisme, sosialisme, yahudi,
nasrani, hindu, budha, dll. Dan celupan Allah adalah sebaik-baik celupan à
sebaik-baik warna yang dihasilkan: generasi yang unik, umat yang terbaik.
Perubahan (اَلاِنْقِلاَبُ)
Setelah dicelup dengan celupan Allah,
maka terjadilah perubahan warna pada diri mu’min. Begitulah yang terjadi pada
para sahabat, ketika mereka masuk Islam, bersyahadat, maka terjadi perubahan
yang mencolok pada diri mereka antara sebelum dan sesudah Islam. Para tukang
sihir Raja Fir’aun pun berubah saat masuk Islam diantaranya tunduk kepada Nabi
Musa AS (7:120), Iman kepada Allah (7:121) dan Kokoh ketika mendapatkan ancaman
(7:123-126).
Pribadi Muslim
(اَلشَّخْصِيَّةُ اَلاِسْلاَمِيَّةُ)
Jika sudah terjadi perubahan pada
keyakinannya menjadi keyakinan tauhid, pemikirannya, perasaannya dan
perilakunya. Maka berarti telah terbentuk kepribadian Islam (اَلشَّخْصِيَّةُ اَلاِسْلاَمِيَّةُ). Jadi untuk
membentuk pribadi Muslim harus dimulai dari syahadatain.
Nilai (اَلْقَيِّمَةُ)
Pribadi Muslim inilah pribadi yang
bernilai, bermutu di mata Allah dan RasulNya serta umat Islam semuanya. Pribadi
yang berkualitas inilah yang akan membawa Islam pada kejayaannya (24:55) yaitu,
Menjadi khalifah (penguasa) di muka bumi dengan membawa rahmat bagi semesta
alam, Tamkin (kekokohan) dalam agama di atas agama-agama lainnya, Menghadirkan
rasa aman sehingga perempuan bisa bepergian tanpa mahram tanpa ada gangguan
apapun dan Semua manusia beribadah kepada Allah tanpa syirik. Kenyataannya,
musuh-musuh Islam juga memiliki tentara-tentara yang berkualitas juga à kalau
kita tidak berkualitas, kalah!
BAB VII
ILMU ALLAH
(عِلْمُ اللهِ)
Ilmu Allah sangat luas dibanding ilmu
makhluk-Nya. Manusia tidak sanggup untuk menuliskannya, meskipun dengan tinta
dari 7 lautan dan pena dari semua pepohonan yang ada tak kan cukup (18:109,
31:27). Sedangkan ilmu makhlukNya sangat terbatas 2:32, 17:85. Oleh karena itu,
Allah adalah sumber segala ilmu.
·
Allah Maha
Pencipta (الْخَالِقُ )
Allah adalah
Pencipta segala sesuatu (6:102)
خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ
Menciptakan yang Telah tiada, Sekarang
ada dan Akan ada. Allah tidak pernah berhenti dalam mencipta à tertolaklah
anggapan bahwa Allah menciptakan alam ini dalam 6 hari (Ahad – Jum’at) dan
beristirahat pada hari Sabtu. Kalau berhenti mencipta, hancurlah alam semesta
ini.
·
Pemberi Rizki (الْعَلِيْمُ )
Karena
Pencipta, maka Allah paling tahu segala sesuatu (2:29) :
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَوَاتٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Allah Maha Mengetahui 59:22 yaitu,
Yang abstrak (ghoib) dan Yang nyata (syahadah). Sedikit mendetailkan
pengetahuan Allah yang ditulis di Lauh Mahfuzh 6:59 diantaranya apa yang di
daratan dan di lautan, tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia
mengetahuinya (pula), tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak
sesuatu yang basah atau yang kering
·
Khusus Jalur
Ilmu (اَلْخَاصَّةُ )
Berkat rahmatNya, Allah membagi
sedikit ilmuNya kepada makhlukNya, termasuk manusia. Pemberian ilmu ini
menggunakan dua jalur (jalan), diantaranya ;
1.
Jalur khusus ini disebut juga jalur resmi (اَلطَّرِيْقَةُ الرَّسْمِيَّةُ) à cepat
2.
Jalur umum disebut jalur tidak resmi (اَلطَّرِيْقَةُ غَيْرُالرَّسْمِيَّةُ) à lambat
Karena ini jalur resmi, maka hanya
orang-orang khusus yang menerimanya. Ilmu yang diberikan oleh Allah melalui
jalur resmi berupa WAHYU (اَلْوَحْيُ). Wahyu
sendiri secara bahasa berarti bisikan (وَسْوَسَةٌ) 6:112 يُوحِي= membisikkan, 6:121 لَيُوحُونَ = membisikkan.
Ilham 16:68 أَوْحَى =الإِلْهَامُ وَالْهِدَايَةُ وَالإِرْشَادُ(ilham, petunjuk, dan bimbingan); 28:7 أَوْحَيْنَا = dan Kami ilhamkan (kepada ibunda Nabi Musa AS).
Mengatur atau membentuk 41:12. Seperti perintah 99:5.
Wahyu yang secara bahasa memiliki 4
arti itu, tidak membuat pihak-pihak yang mendapatkan wahyu ini lantas disebut
Nabi atau Rasul. Kalau otomatis nabi berarti ada nabi dari setan, lebah, langit,
bumi, wanita. Termasuk pemberitahuan akan karunia dan petunjuk yang Allah
berikan kepada Maryam saat melahirkan melalui malaikat dalam bentuk seorang
laki-laki (19:16-26) àbukan berarti Maryam itu Nabi. Atau dua malaikat yang
datang kepada Nabi Ibrahim dan bercakap-cakap termasuk dengan Sarah, bukan
berarti Sarah juga Nabi (11:69-74).
Sedangkan WAHYU secara istilah, itulah
yang diberikan kepada RASUL. Seperti pada 42:51 cara-cara wahyu turun
diantaranya Allah berkata-kata langsung (khusus kepada Nabi Musa dan Nabi
Muhammad ketika Mi’raj), Melalui tabir dan Melalui malaikat. Cara lainnya
adalah melalui mimpi (37:102, 48:27) atau suara lonceng yang memekakkan
telinga. Jadi sampainya kepada manusia melalui UTUSAN (اَلرَّسُوْلُ) yang ditunjuk oleh Allah SWT.
·
Umum Jalur Ilmu
(اَلْعَامَّةُ)
Ilmu Allah diberikan juga melalui
jalur umum atau jalur tidak resmi, yakni berupa ilham. Ilmu ini tidak melalui
perantara para Rasul Allah atau Nabi Allah, tetapi ditanamkan langsung oleh
Allah. Tentu dibawa oleh malaikat Jibril kepada yang bersangkutan. Jadi
sampainya ilmu kepada manusia secara umum itu bersifat LANGSUNG (مُبَاشَرَةٌ). Seperti pada 55:4 kecerdesan berpikir; mampu
mengerti dengan terang dan sanggup pula memberikan pengertian kepada orang lain
dengan terang pula.
Perhatikanlah bagaimana kecerdasan
manusia itu berbeda-beda, meskipun satu ibu-bapak. Siapa yang memberikan
kecerdasan lebih pada orang tertentu dan kurang pada orang yang lainnya pada
suatu bidang? Bukan karena orang tua atau guru atau sekolah. Tapi Allah yang
memberikannya. Semua manusia pada hakikatnya cerdas, hanya saja berbeda-beda
bidang kecerdasannya. Bahkan binatang pun diberikan kecerdasan: berang-berang
yang mampu membuat bendungan yang manusia pun baru mampu membangunnya pada abad
ke-20.
·
Ayat-ayat
Qauliyah / WAHYU (اَلأيَةُ الْقَوْلِيَّةُ)
Wahyu yang berikan kepada Rasul
disebut pula AYAT-AYAT QAULIYAH (Firman Allah), AQ. Ayat-ayat qauliyah ini ada
yang dalam bentuk lembaran-lembaran (shuhuf) dan ada pula yang berupa kitab.
87:18-19 surat al-A’la secara keseluruhan (ada juga yang mengatakan ayat 14-17
saja) terdapat dalam shuhuf Ibrahim dan Musa. Sedangkan yang berupa kitab:
Taurat, Zabur, Injil, dan Al-Qur’an. Al-Qur’an sendiri selalu disebut dalam
kitab-kitab sebelumnya (26:196).
·
Ayat-ayat
Kauniyah / WAHYU (اَلأيَةُ الْكَوْنِيَّةُ )
Sedangkan ilham yang diberikan kepada
manusia berupa ayat-ayat kauniyah (AK), tentang fenomena alam atau sunnatullah
di alam semesta 3:190-191, 41:53. Melalui tiga potensi yang telah diberikan
oleh Allah kepada manusia (pendengaran, penglihatan dan hati), manusia mampu
memahami apa yang terjadi di alam à merumuskannya dalam suatu ilmu pengetahuan
àdiaplikasikan menjadi teknologi yang berguna. Allah terus memberikan ilham
sehingga penemuan demi penemuan terus berlangsung. Alam terlalu luas untuk
dikaji oleh manusia, sehingga kesempatan untuk menemukan hal-hal baru selalu
terbuka lebar. Antara AQ dan AK memiliki hubungan yang sangat erat.
AQ memberikan
ISYARAT (اَلإِشَارَةُ) tentang AK :
- 35:28
berbagai jenis barang tambang
- 57:25
besi yang berasal dari luar bumi yang sangat berguna bagi kehidupan
- 27:88
gunung-gunung yang berjalan seperti jalannya awan
- 39:6
ilmu embriologi (ada 3 tahapan perkembangan janin ظُلُمَاتٍ ثَلاثٍ )
- 86:11
adanya siklus terjadinya hujan, yang melalui tiga tahapan (30:48) dan hujannya
pun memiliki ukuran (43:11)
AK memberikan
BUKTI (اَلْبُرْهَانُ) atau mengkonfirmasi kebenaran AQ
-
Berbagai penemuan ilmiah menjadi bukti kebenaran Al-Qur’an (41:53)
·
Kebenaran
Mutlak / AQ (اَلْحَقِيْقَةُ الْمُطْلَقَةُ )
Apa yang tertulis di dalam Al-Qur’an
memiliki tingkat kebenaran yang mutlak. 2:1 Al-Qur’an ini tidak ada keraguan di
dalamnya. 15:9 Allah menjamin akan keaslian Al-Qur’an sampai hari kiamat. Bukti
kebenaran Al-Qur’an adalah tidak ada kontradiksi antara satu ayat dan ayat yang
lain (4:82). Tidak ada yang mampu membuat yang serupa dengan al-Qur’an (17:88),
atau serupa dengan 10 surat dalam al-Qur’an (11:13) atau salah satu suratnya
saja (2:23)
·
Kebenaran
Empiris / AK (اَلْحَقِيْقَةُ التَّجْرِبَةُ)
Sedangkan kebenaran yang dicapai oleh
penggalian melalui ayat-ayat kauniyah adalah kebenaran yang bersifat empiris,
sesuai dengan pengalaman atau eksperimen. Rumusan teori atau penemuan selalu
berkembang. Selalu saja ada sisi-sisi tertentu yang belum digali oleh manusia,
sehingga memunculkan penemuan baru. Penemuan demi penemuan menyempurnakan teori
yang ada atau membatalkannya. Contoh perkembangan teori atom ; John Dalton, J.
J. Thompson, Rutherford, Bohr, dan Modern. Kalau terlihat ada pertentangan
antara AQ dan AK? Imam Syahid Hasan Al-Banna memberikan rumusan yang sangat
baik dalam masalah ini (Prinsip 19 dalam Risalah Ta’alim): “Pandangan syar’i
dan pandangan logika memiliki wilayah sendiri-sendiri yang tidak dapat saling memasuki
secara sempurna. Namun demikian, keduanya tidak akan pernah berbeda dalam
hal-hal yang qoth’i (aksiomatik). Hakikat ilmiah yang benar tidak mungkin
bertentangan dengan kaidah syariat yang shahih. Sesuatu yang masih bersifat
zhanni (relatif) dari salah satunya, mesti ditafsiri sejalan dengan yang
qoth’i. Bila kedua-duanya bersifat zhanni, maka pandangan syariat lebih utama
untuk diikuti sampai logika mendapatkan legalitas kebenaran, atau gugur sama
sekali.”
·
Pedoman Hidup /
AQ (مِنْهَاجُ الْحَيَاةِ )
Karena AQ kebenarannya bersifat
mutlak, maka AQ yang berhak menjadi PEDOMAN HIDUP manusia.3:19 agama yang
diridhoi oleh Allah adalah Islam. 3:85 siapa mencari agama selain Islam tidak
akan diterima dan di akhirat akan merugi. Al-Qur’an bersama As-Sunnah telah
merinci berbagai pedoman dalam berbagai sisi kehidupan manusia. Diantaranya
Manusia dengan Allah, Manusia dengan sesamanya, Manusia dengan makhluk hidup
lainnya dan Manusia dengan alam semesta.
·
Sarana Hidup /
AK (وَسَائِلُ الْحَيَاةِ)
Sedangkan berbagai ilmu pengetahuan
yang telah dikembangkan manusia dari ayat-ayat kauniyah, dijadikan sebagai
sarana hidup manusia. Hidup manusia makin mudah dengan berbagai pengembangan
ilmu pengetahuan karena berbagai sarana hidup ditemukan. Dunia ini makin
seperti desa yang besar. Apa yang terjadi di belahan dunia lain, akan segera
diketahui bahkan langsung diketahui oleh belahan lainnya. Kecepatan dalam
transportasi antar kota, negara, bahkan benua. Jangan memposisikan keduanya
secara terbalik: AQ menjadi sarana hidupnya dan AK menjadi pedoman hidupnya. AQ
menjadi sarana hidupnya: menjual ayat dengan harga yang murah (2:41, 79, 174) à
perilaku Yahudi. AK menjadi pedoman hidup: menuhankan materi. Kalau yang
terjadi seperti ini, maka dunia akan rusak(30:41). Diantaranya Mempermainkan
agama, Eksploitasi alam tanpa batas, dan Dekadensi moral. Kerusakan yang
ditimbulkan sebenarnya lebih dahsyat (kehancuran total, tak bersisa), tapi
Allah melepaskan sebagian kecil saja (35:45). Hanya dengan memposisikan secara
benar antara AQ sebagai pedoman hidup dan AK sebagai sarana hidup manusia akan
mencapai kesempurnaan. Saat memanfaatkan karunia Allah di alam semesta ini di
samping sesuai dengan ilmu pengetahuan juga dilandasi moral Al-Qur’an. Hidup
yang penuh berkah (7:96), hidup yang baik (16:97). Di dunia baik dan di akhirat
pun baik serta selamat dari siksa api neraka (2:201).
BAB VIII
MA’RIFATURROSUL
(MENGENAL )
A.
Siapakah itu
Rosul?
Rasul adalah lelaki yang dipilih dan diutus Allah dengan risalah Islam kepada
manusia. (Al-Kahfi:110, Al-An’am:9)
Rasul adalah manusia pilihan yang kehidupannya semenjak kecil termasuk ibu
bapaknya sudah dipersiapkan untuk menghasilkan ciri-ciri kerasulannya yang
terpilih dan mulia. (Al-Ahzab:40)
Peran dan fungsi
Rasul
•
Pembawa Risalah; membawa risalah Islam yang berpedoman pada Al-Qur’an.
(Al-Maidah:67, Al-Ahzab:39)
•
Sebagai model (teladan); menjadi uswah hasanah dalam berbagai kehidupannya,
baik perkataan, perbuatan, sifat dan karakternya. (Al-Ahzab:21)
Alamatu Risalah
(tanda-tanda kerasulan)
Sifatul
Asasiyah.
Akhlaq mulia
yang terdiri dari shiddiq, tabligh, amanah dan fathanah.
Mukjizat;
sementara dan kekal (Al-Qur’an)
Berita Gembira;
(As-Shaff:6)
An-Nubuwah
(kenabian);
At-Tsamarat
(Buah dari kenabian); (Al-Fath:29)
Kedudukan
Rasulullah saw
Abdun min
Ibadillah.
• Seorang
manusia biasa
• Seorang
yang memiliki keturunan
• Seorang
yang memiliki anggota tubuh
Pembawa risalah
Salah seorang
utusan Allah
•
Menyampaikan risalah
•
Menunaikan amanah
•
Pemimpin umat
Pentingnya
mengikuti Nabi saw
Mahabbatullah
(cinta dari Allah),
Rahmatullah
(kasih sayang-Nya),
Hidayatullah
(petunjuk dari-Nya),
Mushahabatul
akhyar fil jannah (bersama orang-orang pilihan di surga),
Asy-syafa’ah
(mendapatkan syafaat dari Rasulullah saw),
Nadharatul
wajhi (muka yang bersinar dan berseri di surga),
Mujawaratu
ar-rasul (menjadi tetangga Rasulullah saw di surga),
Izzatun-nafsi
(meperoleh kemuliaan jiwa di dunia dan akhirat),
Al-falah
(kemenangan & keberuntungan).
BAB IX
SIFAT-SIFAT
ROSUL
Karena Rasul
adalah manusia istimewa yang dipilih oleh Allah sebagai utusanNya, maka tentu
Rasul memiliki sifat-sifat yang unggul
•
Ini untuk mendukung keberhasilan penyampaian risalah, penunaian amanah, dan
memimpin umat
•
Ini menjadi daya tarik bagi Rasul, sehingga manusia mau berhimpun di
sekitarnya, bergerak bersamanya, dan dapat menggantikannya
SIFAT MANUSIAWI
(اَلْبَشَرِيَّةُ)
•
Rasul yang diutus untuk manusia adalah manusia juga, bukan malaikat (18:110)
•
Oleh karena itu, Rasulullah SAW juga memperlakukan para sahabat secara
manusiawi, bahkan kepada binatang dan tumbuhan pun memperlakukannya
dengan sangat baik
Beberapa
sisi manusiawinya Rasul:
–
Terhadap Sahabat-Sahabatnya
–
Terhadap Istri-istrinya
–
Terhadap Putra-putrinya
–
Terhadap Musuhnya
–
Terhadap hewan
Terhadap
Sahabat-Sahabatnya:
•
Muhammad saw. sangat mencintai
sahabat-sahabatnya, menunjukkan kasih sayang kepada mereka, memanggil mereka
dengan panggilan yang sangat mereka sukai, sigap memberi pelayanan kepada
mereka, bahkan berusaha menjadikan sahabatnya bisa rehat.
•
Diriwayatkan dari Anas bin Malik berkata, “Rasulullah saw. memberi minum kepada
para sahabatnya. Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah saw. hendaknya Engkau
meminum terlebih dahulu? Rasulullah saw. Menjawab: “Pemberi minum suatu kaum,
ia paling akhir meminum.”
•
Suatu ketika ada seseorang masuk menemui Muhammad saw., tiba-tiba ia merasa
merinding di hadapan keagungan Muhammad saw. Maka beliau berkata, “Tenangkan
dirimu, saya bukanlah seperti raja. Saya adalah putra dari seorang perempuan
Quraisy yang juga memakan Qadid.”
Terhadap
Istri-istrinya:
•
Adalah Aisyah ketika minum air gelas, maka Muhammad saw. meminum gelas tadi
persis di bagian yang sama Aisyah minum.
•
Beliau saw. memberlakukan mereka dengan perlakuan sisi manusiawinya, yang
difitrahkan Allah, tidak memaksakan diri dan membuat-buat.
•
“Suatu kali Aisyah menang dalam lomba lari, lain kali Muhammad saw. mengalahkan
Aisyah. Dan Muhammad saw. mengatakan: “Kemenangan ini untuk membalas kekalahan
sebelumnya.”
Terhadap
Putra-putrinya:
•
Muhammad saw. suatu ketika telah shalat. Hasan bin Ali ra, masuk mendekatinya.
Ketika beliau sujud, Hasan naik di pundak Rasulullah saw., maka Rasulullah saw.
melamakan sujudnya, sehingga Hasan turun. Ketika Rasulullah saw. selesai
shalat, sebagian sahabat bertanya kepadanya, “Apa yang menjadikan engkau lama
dalam sujud? Beliau menjawab,“Sesungguhnya putraku telah naik di pundakku, maka
aku tidak ingin mengusiknya dengan segera berdiri dari sujud.”
•
Orang Arab Badui mendatangi Muhammad saw. seraya berkomentar, “Kalian mencium
anak-anak kalian? Sedangkan kami sama sekali tidak melakukan demikian!! Maka
beliau saw. menjawab, “Atau apakah saya berkehendak bagimu agar Allah mencabut
sikap kasih sayang dari hatimu?” Tentunya tidak!
Terhadap Musuhnya:
•
Hampir-hampir Muhammad saw. menyengsarakan dirinya karena banyak memikirkan
mereka sepanjang waktu (18:6)
•
Diriwayatkan dari Aisyah ra, berkata: “Ketika Rasulullah saw didustakan oleh
kaumnya, Jibril AS mendatanginya seraya berkata, “Sungguh, Allah swt mendengar
ucapan kaummu tentang engkau, mereka menginginkan kecelakaan bagimu. Dan
Malaikat Gunung telah diperintahkan kepadamu, agar engkau memerintahkan sesuka
kehendakmu. Malaikat gunung menawarkan kepada beliau saw. “Perintahkan aku apa
yang engkau mau, agar aku menimpakan dua gunung besar itu kepada mereka.” Maka
beliau menjawab, “Bahkan saya berharap agar Allah swt melahirkan dari keturunan
mereka, orang yang menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu
apapun.”
Terhadap hewan
•
Diriwayatkan dari Sahal bin Al Handhalah ra. berkata, “Rasulullah saw. suatu
hari melewati seekor onta yang menahan beban berat di punggungnya. Maka
Rasulullah saw bersabda, “Takutlah kepada Allah, dalam memperlakukan hewan
ternak. Naikilah dengan cara baik dan beri makanlah dengan cara yang baik
pula.”
•
Perasaanmu pernah terusik gara-gara melihat anak burung yang diceraikan dari
ibunya. Abdullah bin Umar meriwayatkan: “Suatu hari kami bersama dengan Nabi
Muhammad saw. dalam safar. Beliau saw. memenuhi hajatnya. Ketika itu beliau
melihat ada dua burung kecil yang diambil dari ibunya. Maka Nabi saw.
mengatakan, “Siapa yang menjadikan anak burung ini ketakutan? Kembalikan anak
burung ini kepada ibunya.”
TERPELIHARA
DARI KESALAHAN (اَلْعِصْمَةُ)
•
Biasanya disebut dengan MA’SHUM
•
Bukan berarti tidak pernah salah, tetapi kalau salah langsung diluruskan
(ditegur) oleh Allah SWT
•
5:67 وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ à turun
setelah dua tahun di Madinah. Pada awal berada di Madinah
teror musyrikin Makkah
memang dirasakan sekali oleh beliau, sehingga setiap malam ada
yang
menjaga beliau. Saat ayat ini turun, maka sahabat yang menjaga malam itu
disuruh
pulang
karena sudah ada jaminan keselamatan dari Allah
•
80:1 teguran tentang “cara dakwah Rasul” yang lebih mementingkan ketokohan,
bukan
pada
orang yang siap meneriman perubahan (قَابِلُ التَّغْيِيْرِ)
•
66:1 à lihat catatan kaki Qur’an terjemah Depag RI
BENAR (اَلصِّدْقُ)
•
Apa yang disampaikan selalu benar, bukan dusta
•
Tak pernah sekalipun beliau berdusta, bahkan ketika bergurau
•
39:33
–
وَالَّذِي جَاءَ بِالصِّدْقِ à RASUL SAW
–
وَصَدَّقَ بِهِ à para sahabat
•
Ketika di bukit Shafa beliau bertanya, “Apa pendapat kalian jika kukabarkan
bahwa di lembah ini ada pasukan kuda yang mengepung kalian, apakah kalian
percaya kepadaku?”
•
“Benar,” jawab mereka, “kami tidak pernha mempunyai pengalaman bersama engkau
kecuali kejujuran.”
Ash-Shiddiq
Di antara sahabat yang paling cepat membenarkan beliau SAW adalah Abu Bakar,
sehingga disebut dengan Ash-Shiddiq (yang selalu membenarkan)
Gelar itu didapatkan ketika peristiwa Isra Mi’raj karena dia langsung membenarkan
kejadian ini, selagi semua orang mendustakannya
CERDAS (اَلْفَطَانَةُ)
Setiap Rasul mesti cerdas, karena tantangan kaum atau umatnya yang
bermacam-macam
2:258 Ibrahim AS mampu mematahkan argumentasi Namrud dengan telak sampai dia
tak mampu berbicara sepatah kata pun
Peristiwa peletakkan hajar aswad ketika beliau berumur 35 tahun menunjukkan
kecerdasan beliau yang mampu menyatukan mereka
Berdakwah di wilayah yang sangat menentangnya tentu mesti cerdas sehingga dakwah
tetap berlangsung
AMANAH (اَلأَمَانَةُ)
•
Heraklius menanggapi jawaban Abu Sufyan ketika ditanya tentang apa yang
diperintahkan kepada mereka,maka jawabannya bahwa sesungguhnya dia
memerintahkan kalian
–
Mendirikan shalat
–
Jujur
–
Memelihara diri (al-’afaf)
–
Memenuhi janji, dan
–
Menunaikan amanah
BAB X
TUGAS ROSUL
A. Tugas Rasulullah SAW secara global ada dua, yaitu
1. Mengemban
misi dakwah
2. Menegakkan
agama Allah
Kedua tugas itu beliau tunaikan dengan
sebaik-baiknya, meskipun berbagai halangan dan rintangan selalu menghadangnya
Selama sekitar
23 tahun hidup beliau adalah hidup on-mission, bukan hidup santai
1. MENGEMBAN
MISI DAKWAH (حَمْلُ رِسَالَةِ الدَّعْوَةِ)
Ini merupakan
tugas umum beliau SAW sebagai Rasul
• 5:67
perintah untuk menyampaikan risalah
• Allah
SWT menjamin perlindungan saat mengemban misi ini
• 33:39
para rasul yang sebelumnya juga menyampaikan risalah Allah, mereka takut
kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang (pun) selain kepada
Allah
Ada 4 misi
dakwah yang diemban oleh Rasul SAW
1.
Mengenalkan Pencipta
2.
Mengajarkan tatacara ibadah
3.
Menjelaskan pedoman hidup
4.
Mentarbiyah umat
Mengenalkan
PENCIPTA (مَعْرِفَةُ الْخَالِقِ)
Ayat yang
pertama kali turun (96:1) berisi tentang RABBMU YANG MENCIPTAKAN (رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ)
Ciptaan pertama
yang dikenalkan adalah MANUSIA itu sendiri, yang Allah ciptakan dari segumpal
darah (عَلَقٍ) atau ZIGOT
Berbagai
fakta-fakta penciptaan dijelaskan oleh Rasulullah SAW untuk mengukuhkan
keberadaan AL-KHALIQ, Allah SWT (6:102)
Tatacara Ibadah
(كَيْفِيَّةُ الْعِبَادَةِ)
• Karena
manusia itu makhluk Allah, maka mesti beribadah kepadaNya dengan ibadah yang
benar
•
Rasulullah SAW menuntun tatacara beribadah kepada Allah baik melalui lisan
(sunnah qauliyah) maupun perbuatan
(sunnah fi’liyah)
•
Berbagai praktek ibadah yang salah dikoreksi oleh Rasulullah
Thawaf jahiliyah dilakukan dengan telanjang dan disertai dengan tepuk tangan
serta bersiul (8:35)
Pulang haji masuk rumah melalui pintu belakang dianggap sebagai kebajikan
(2:189)
Pedomana Hidup
(مِنْهَاجُ الْحَيَاةِ)
•
Rasulullah SAW juga mengenalkan Islam sebagai pedoman hidup manusia (2:185)
• Selama
ini manusia pada zaman jahiliyah hidup dengan berpedoman tahayul dan khurafat
• Contoh:
bepergian berpedoman dengan thiyarah (merasa sial kalau burung terbang ke arah
yang tidak diinginkan)
• Para
dukun pada saat itu mendapat kehormatan yang tinggi, segala petuahnya menjadi
pedoman
Tarbiyah (اَلتَّرْبِيَّةُ)
Misi Rasulullah
SAW yang lainnya adalah mentarbiyah umat (62:2) misi yang didoakan oleh Ibrahim
AS (2:129)
•Tarbiyah yang
dilakukan Rasul SAW:
o Membacakan
(tilawah) ayat-ayat Allah
o Membersihkan
jiwa (tazkiyatun-nafs)
o Mengajarkan
(ta’lim) Al-Qur’an dan Al-Hikmah
•
Kemudian dilanjutkan dengan MENGARAHKAN (تَوْجِيْهٌ) mereka menuju pribadi yang agung (rabbani 3:79) dan
juga memberi nasihat (نَصِيْحَةٌ) kepada mereka
(6:151-153)
2. MENEGAKKAN
AGAMA ALLAH (إِقَامَةُ دِيْنِ اللهِ)
• Tugas
kedua Rasul SAW adalah menegakkan agama Allah SWT agar dimenangkan di atas
agama-agama yang lain (9:33, 48:28, 61:9) dan agama itu hanya milik Allah
semata (8:39)
•
42:13-15 أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَà فَلِذَلِكَ فَادْعُ
o Dakwah Rasul
adalah untuk menegakkan agama ini
o Agama ini
tidak akan tegak kecuali ada “penjaga”-nya, yakni NEGARA tidak akan ada kecuali
adanya masyarakat Islami keluarga yang Islami pribadi yang Islami
BAB XI
HASIL MENGIKUTI
ROSUL
Pada pembahasan-pembahasan sebelumnya
telah ditegaskan bahwa beriman kepada para rasul – alihimus salam – adalah
salah satu rukun iman dari rangkaian kesatuan 6 rukun iman. Mengingkari salah
satu rukun iman berarti mengingkari semuanya, begitu pula dengan iman kepada
rasul.
Ittiba’ adalah
bukti keimanan
Bukti keimanan kepada Rasulullah saw.
yang paling utama adalah mengikuti beliau dalam segala sisi kehidupannya,
selalu mentaati beliau dalam setiap perintah dan larangan yang beliau
sampaikan. Sebab, mengikuti dan mentaati Rasulullah saw. adalah bukti ketaatan
kita kepada Allah swt., dan mengikuti sunnah Rasulullah saw. adalah bukti
kongkret mengikuti Al-Qur’an.
“Barangsiapa
yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa
yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi
pemelihara bagi mereka.” (An-Nisa: 80)
Barangsiapa
mengaku mentaati Allah swt. namun tidak mau ittiba’ Rasulullah saw., maka
ketaatannya itu tidak sah menurut Al-Qur’an; dan Rasulullah saw. berlepas diri
dari orang tersebut. Dan siapapun yang mengaku melaksanakan Al-Qur’an namun
tidak ittiba’ dengan sunnah Rasulullah saw., maka pengakuannya hanyalah
pengakuan palsu belaka.
Sebagai contoh, untuk dapat
melaksanakan shalat dengan sempurna kita memerlukan hadits Rasulullah saw.
karena Al-Qur’an hanya memerintahkan kita mendirikan shalat tanpa menjelaskan
rincian tata cara shalat. Bahwa shalat diawali dengan takbiratul ihram dan
diakhiri dengan salam merupakan penjelasan yang kita temukan dalam hadits
Rasulullah saw., tidak dalam Al-Qur’an. Begitu pula dengan rincian pelaksanaan
zakat, shaum (puasa), haji, dan ibadah-ibadah lain. Intinya, fungsi hadits
Rasulullah saw. adalah menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an atau dengan bahasa lain
kita tidak akan bisa mengamalkan Al-Qur’an tanpa mengikuti sunnah Rasulullah
saw.
“Dan Kami
turunkan kepadamu Al-Qur’an agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang
telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.” (An-Nahl: 44)
Salah seorang
ulama besar, Fudhail bin ‘Iyadh, ketika menjelaskan makna “Ahsanu ‘amala” dalam
surat Al-Mulk ayat 2 berkata,
أَحْسَنُ عَمَلاً : أَخْلَصُهُ وَأَصْوَبُهُ. قَالَ: فَإِنَّ العَمَلَ إِذَا كَانَ خَالِصاً وَلَمْ يَكُنْ صَوَاباً لَمْ يُقْبَلْ، وَإِذَا كَانَ صَوَاباً وَلَمْ يَكُنْ خَالِصاً لَمْ يُقْبَلْ، حَتَّى يَكُوْنَخَالِصاً صَوَاباً، وَالْخَالِصُ أَنْ يَكُوْنَ لِلهِ، وَالصَّوَابُ أَنْ يَكُوْنَ عَلَى السُّنَّةِ.
“Yang dimaksud
dengan ahsanu’ amala (amal yang terbaik) adalah yang paling ikhlas dan paling
benar. Karena sebuah amal jika dilakukan dengan ikhlas tapi tidak benar, maka
amal itu tidak diterima oleh Allah. Begitu pula sebaliknya, jika amal itu benar
tapi tidak ikhlas, juga ditolak oleh Allah swt. Baru diterima jika memenuhi
kedua syarat tersebut (ikhlas dan benar). Yang dimaksud dengan ikhlas adalah
semata karena Allah, sedangkan yang dimaksud dengan benar adalah mengikuti
sunnah Rasulullah.” (Dikutip oleh Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Fatawa vol 18/hlm
250).
عَنْ أَبِي مُوسَى قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ((مَثَلِي وَمَثَلُ مَا بَعَثَنِي اللَّهُ كَمَثَلِ رَجُلٍ أَتَى قَوْمًا فَقَالَ رَأَيْتُ الْجَيْشَ بِعَيْنَيَّ وَإِنِّي أَنَاالنَّذِيرُ الْعُرْيَانُ فَالنَّجَا النَّجَاءَ فَأَطَاعَتْهُ طَائِفَةٌ فَأَدْلَجُوا عَلَى مَهَلِهِمْ فَنَجَوْا وَكَذَّبَتْهُ طَائِفَةٌ فَصَبَّحَهُمْ الْجَيْشُ فَاجْتَاحَهُمْ)). (رواه البخاري).
Dari Abu Musa r.a. berkata, Rasulullah
saw telah bersabda, “Perumpamaanku dan perumpamaan risalah yang diberikan Allah
kepadaku seperti seorang laki-laki yang mendatangi suatu kaum lalu ia berkata,
‘Aku telah melihat pasukan tentara dengan kedua mataku, kuperingatkan kalian
dengan sungguh-sungguh! Segeralah cari selamat (dari keganasan mereka)!’ Lalu
sebagian mereka mentaatinya sehingga mereka segera menghindar dari pasukan
kejam itu hingga selamat, sedangkan yang lain mendustakannya hingga pasukan itu
menemui mereka dan meluluhlantakkan mereka.” (Bukhari
Kita dapat merasakan dari hadits
shahih di atas betapa Rasulullah saw. amat ingin menyelamatkan kita dari
bencana dunia dan akhirat dengan syariat dan dakwah yang ia bawa, karena
syariat Islam adalah penyelamat bagi kita dari kehinaan dunia dan penderitaan
di akhirat.
Buah Ittiba’
Berikut ini
adalah buah ittiba’ kepada Rasulullah saw.:
1.
Mahabbatullah
Natijah (buah)
dari ittiba’ kita kepada Rasulullah saw. jika kita lakukan dengan benar adalah
mahabbatullah (cinta dari Allah swt) sekaligus maghfirah (ampunan)Nya.
Katakanlah (hai
Muhammad), “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya
Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” (Ali Imran: 31)
Cinta kepada
Allah swt. yang dibuktikan dengan ittiba’ kepada Rasulullah saw. akan
melahirkan buah manis berupa cinta Allah swt. Allah swt. memerintahkan kita
mengikuti Rasulullah saw., dan setiap perintah Allah swt. apabila kita
laksanakan dengan ikhlas dan benar pasti akan mendatangkan cinta dari-Nya.
Ketika Allah telah mencintai hamba-Nya, maka segala kekurangan dan dosa yang
terjadi akan mudah diampuni oleh Allah swt.
2. Rahmatullah
Orang-orang yang mentaati Rasulullah
saw. dengan mengikuti sunnah beliau akan memperolah rahmat dari Allah swt.
Karena orang-orang yang mencontoh Rasulullah saw. pastilah orang-orang yang
berbuat baik atau ihsan (ingat makna ahsanu ‘amala menurut Fudhail bin ‘Iyadh
di atas), dan orang-orang yang berbuat ihsan amat dekat dengan rahmat Allah
swt.
“Dan
orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah)
menjadi penolong bagi sebahagian yang lain, mereka menyuruh (mengerjakan) yang
ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan
mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah;
sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (At-Taubah: 71)
“Sesungguhnya
rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (Al-A’raf: 56).
3. Hidayatullah
«إِنَّ لِكُلِّ عَمَلٍ شِرَّةً، وَلِكُلِّ شِرَّةٍ فَتْرَةً، فَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى سُنَّتِيْ فَقَدِ اهْتَدَى، وَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى غَيْرِ ذَلِكَ فَقَدْ هَلَكَ» (رواه ابن خزيمة فيصحيحه وأحمد في مسنده والبيهقي في الشعب والطبراني وأبو نعيم).
Rasulullah saw. bersabda,
“Sesungguhnya setiap amal itu mempunyai puncak semangat, dan setiap semangat
memiliki titik jemu (lesu). Maka barangsiapa kelesuannya tetap dalam sunnahku
berarti ia telah mendapat petunjuk (dari Allah), dan barangsiapa kelesuannya
tidak dalam sunnahku berarti ia celaka. (HR. Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya,
Ahmad dalam Musnadnya, Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman, At-Thabarani dan Abu
Nu’aim).
Hadits di atas
menegaskan bahwa tetap berada dalam sunnah Rasulullah saw. dalam segala keadaan
akan mendatangkan tambahan petunjuk dari Allah swt. Oleh karenanya, orang-orang
yang beriman selalu berusaha mengikuti sunnah Rasulullah saw. ketika sedang
bersemangat atau sedang lesu (kurang semangat). Ia tidak membiarkan dirinya
hanyut dan terbawa bisikan setan sehingga membuatnya jauh dari hidayah Allah
swt.
4. Mushahabatul
Akhyar fil Jannah
“Dan barangsiapa yang mentaati Allah
dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang
dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang
yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka Itulah teman yang
sebaik-baiknya.” (An-Nisa: 69).
Orang yang
ittiba’ kepada Rasulullah saw. akan dikumpulkan bersama orang-orang pilihan di
surga nanti, yaitu para nabi, orang-orang yang shiddiq, syuhada, dan shalihin.
As-Syafaah
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَنْ قَالَ حِينَ يَسْمَعُ النِّدَاءَ: “اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيلَةَ وَالْفَضِيلَةَوَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الَّذِى وَعَدْتَهُ”، حَلَّتْ لَهُ شَفَاعَتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ » (رواه البخاري).
Rasulullah saw.
bersabda, “Barangsiapa berdoa ketika mendengar panggilan adzan: ‘Ya Allah Rabb
seruan yang sempurna ini, dan shalat yang ditegakkan, berikanlah kepada Nabi
Muhammad wasilah dan keutamaan, bangkitkan dia dengan kedudukan mulia yang
telah Engkau janjikan kepadanya’, maka akan mendapat syafaatku di hari kiamat.”
(Bukhari).
Hadits di atas menunjukkan keutamaan
doa setelah adzan. Ia juga mengisyaratkan bahwa mengikuti perintah dan arahan
Rasulullah saw. adalah sesuatu yang membuat kita berhak mendapatkan syafaat
dari beliau. Logikanya, jika mentaati satu perintah Rasulullah saw. saja yakni membaca
doa setelah adzan, akan membuat pembacanya berhak mendapatkan syafaat beliau,
apalagi dengan mengikuti dan mentaati sunnah beliau secara keseluruhan, maka
orang itu lebih berhak untuk mendapatkan syafaat beliau.
5. Nadharatul
Wajhi
Salah satu bentuk ittiba’ Rasulullah
saw. adalah mendengarkan, mempelajari, menghafal, dan memahami hadits
Rasulullah saw., kemudian menyampaikannya kepada orang lain. Orang yang
mempelajari hadits Rasulullah saw., menghafal kemudian menyampaikannya apa
adanya tanpa menambah atau mengurangi, maka Allah akan membuat wajahnya berseri
dan bersinar.
« نَضَّرَ اللَّهُ امْرَأً سَمِعَ مِنَّا حَدِيثًا فَحَفِظَهُ حَتَّى يُبَلِّغَهُ غَيْرَهُ فَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ إِلَى مَنْ هُوَ أَفْقَهُ مِنْهُ وَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ لَيْسَ بِفَقِيهٍ » (رواه الترمذي).
Rasulullah saw. bersabda, “Semoga
Allah menyinari (wajah) seseorang yang mendengar hadits dari kami, lalu ia
hafal sehingga ia menyampaikannya kepada orang lain. Boleh jadi seorang pembawa
fiqih menyampaikan (ilmunya) kepada orang yang lebih paham. Dan boleh jadi
pembawa fiqih bukanlah seorang yang faqih.” (Tirmidzi).
Hadits di atas mendorong kita untuk
selalu bersemangat mempelajari, memahami, dan menghapal hadits Rasulullah saw,
kemudian menyampaikan teks hadits itu apa adanya dengan penuh amanah tanpa
menambah atau mengurangi sedikitpun. Jika kita itu kita lakukan kita berhak
mendapatkan wajah yang bersinar di hari kiamat nanti. Hadits di atas juga
menyatakan bahwa mungkin saja orang yang disampaikan kepadanya suatu ilmu
kemudian ia lebih paham daripada yang menyampaikan. Atau bahkan bisa jadi yang
menyampaikan sebuah riwayat tidak memahami riwayat tersebut, sedangkan yang
disampaikan justru memahaminya dengan baik.
6. Mujawaratur
Rasul
Orang yang mencintai Rasulullah saw.,
maka ia akan berusaha sekuat tenaga untuk ittiba’ kepada Rasulullah saw. dengan
mengikuti sunnah beliau. Maka orang ini akan bersama Rasulullah saw di surga,
seperti sabda beliau:
((وَمَنْ أَحْيَا سُنَّتِى فَقَدْ أَحَبَّنِى وَمَنْ أَحَبَّنِى كَانَ مَعِى فِى الْجَنَّةِ)) (رواه الترمذي والطبراني في الأوسط)
“Barangsiapa
menghidupkan sunnahku, berarti ia mencintaiku; dan barangsiapa mencintaiku,
maka ia bersamaku di surga.” (Tirmidzi dan Thabarani di Al-Mu’jam Al-Awsath).
7. Izzatun
Nafsi
Orang yang mengikuti Rasulullah saw.
dengan ikhlas semata-mata karena mencintai Allah dan Rasul-Nya, akan meraih
kemuliaan dan kekuatan jiwa dihadapan Allah swt. Betapa tidak? Ia telah
mendapatkan kecintaan, ampunan, rahmat, hidayah, dan berbagai anugrah lain dari
Allah swt. Dengan itu semua terangkatlah dirinya menuju tempat yang tinggi dan
mulia, ia tidak lagi peduli dengan kemuliaan di mata manusia selama ia mulia di
sisi Allah.
Ingatlah,
kemuliaan itu terletak pada mengikuti Allah Al-‘Aziz (yang memiliki Izzah atau
keperkasaan) dan mengikuti Rasul-Nya. “Padahal ‘izzah itu hanyalah bagi Allah,
bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu
tiada mengetahui.” (Al-Munafiqun: 8).
8. Al-Falah
“Maka orang-orang yang beriman
kepadanya (Muhammad saw), memuliakannya, menolongnya, dan mengikuti cahaya yang
terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur’an), mereka itulah orang-orang yang
beruntung.” (Al-A’raf: 157). Keberuntungan pasti akan diperoleh oleh mereka
yang selalu ittiba’ kepada Rasulullah saw. dengan beriman kepadanya,
memuliakannya, menolong (ajaran)nya, dan selalu mengikuti cahaya Al-Qur’an.
9. Kebahagiaan
hakiki di dunia dan akhirat
Tak dapat diragukan lagi bahwa orang
yang mendapatkan semua nataij dari mengikuti Rasulullah saw. di atas adalah
orang-orang yang pasti berbahagia hidupnya dengan kebahagiaan hakiki di dunia
maupun di akhirat.
“Barangsiapa
yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan
beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang telah mereka kerjakan.” (An-Nahl: 97)
BAB XII
KEBUTUHAN
MANUSIA TERHADAP ROSUL
A.
Manusia Pertama
•
Ketika Allah SWT menurunkan Adam AS beserta istrinya ke bumi, maka kemudian
memiliki anak
•
Setiap kali mengandung, Hawa melahirkan satu pasang anak kembar: laki-laki dan
perempuan
•
Syari’at yang diterapkan: perkawinan silang dan tidak boleh menikah dengan
kembarannya
Perkembangan
Manusia.
•
Manusia kemudian berkembang dan menyebar ke berbagai tempat
•
Mereka bersuku-suku dan berkabilah-kabilah
•
Mereka hidup tanpa petunjuk, sehingga menyimpang dari kebenaran
•
Allah SWT mengutus RasulNya untuk mengembalikan mereka ke jalan kebenaran
•
Rasul yang diutus biasanya berasal dari kaum mereka sendiri
Mengakui
Eksistensi Pencipta( وُجُوْدُ الْخَالِق)
Fitrah yang
ditanam oleh Allah tidak akan pernah hilang, yang terjadi adalah tertutupi
dengan kotoran-kotoran lain. Oleh karena itu, manusia pasti mengakui bahwa di
balik alam semesta yang megah dan teratur ini, ada Penciptanya. Hanya saja,
karena tidak ada PETUNJUK yang benar, manusia berbeda-beda (salah) dalam
menyebut dan mensifatinya.
Sang Pencipta. Keterbatasan akal
manusia menyebabkan kesalahan dalam menggambarkan Sang Pencipta. Ada yang
menganggap bahwa Pencipta itu terbatas pada satu kemampuan: langit sendiri
penciptanya, laut, gunung, awan, dll ada pencipta dan pemeliharanya
sendiri-sendiri
–
Brahma: dewa pencipta alam
–
Shiva: dewi perusak alam
Menyembah
perusak lebih disukai dari pada pencipta, sehingga patung dewi Shiva yang lebih
banyak disembah.
Bangsa Arab
•
Bangsa Arab berasal dari keturunan Ismail AS
•
Mereka pertama kali mendapat bimbingan dari Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS
•
Sepeninggal Ismail AS tidak ada lagi Rasul yang diutus kepadanya sehingga
terjadi banyak
penyimpangan
•
Mereka mengakui dengan pasti akan keberadaan Allah sebagai Pencipta dan
Pengatur alam, tetapi mereka mensekutukannya dengan lainnya (29:61, 63)
Beribadah
kepada Pencipta (عِبَادَةُ الْخَالِق)ِ
Setelah mengenal Pencipta, maka mereka
pun menyembahnya. Akan tetapi, terjadi berbagai macam cara penyembahan.
Semuanya tidak lepas dari berbagai kemusyrikan yang menyertai penyembahan
kepada Sang Pencipta.
–
Menyembah berbagai dewa-dewi, binatang, arwah, bintang, matahari, malaikat yang
dianggap
anak perempuan Allah (kepercayaan kafir Quraisy), berhala-berhala (27:24, 39:2)
–
Mengadakan berbagai sesaji dan korban untuk “tuhan-tuhan” itu.
Ashabiyah
(Fanatisme Bangsa).
•
Sejarah mencatat berbagai bentuk fanatisme suku atau bangsa
•
Banga Arya merasa dirinya bangsa suci, tinggi
•
Begitu pula bangsa Yahudi, bangsa kulit putih, bangsa Arab di masa sekarang
•
Paham nasionalisme yang semula baik, kemudian berkembang menjadi chauvinisme
(nasionalisme sempit dan berlebihan)
•
Antar-suku Arab Quraisy sering terjadi perang karena masalah yang sepele
•
Arab Madinah dibantu oleh Yahudi terlibat Perang Bu’ats selama 40 tahun sebelum
Islam masuk
Petunjuk Rasul
(هِدَايَةُ الرَّسُوْلِ)
•
Untuk mengatasi dan menyelesaikan berbagai kekacauan itu, maka Allah mengirim
para rasul untuk memberikan petunjuk kepada umat manusia
• 42:52-53
وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi
petunjuk kepada jalan yang lurus)
• Petunjuk
itu berupa WAHYU yang Allah turunkan kepada para nabi dan rasul, di
antaranya berupa shuhuf (87:18-19) dan kitab-kitab (2:2)
Mengenal
Pencipta (مَعْرِفَةُ الْخَالِقِ)
• Dengan
petunjuk itulah manusia dikenal oleh para rasul tentang Pencipta satu-satunya
alam semesta ini, yaitu ALLAH SWT 6:102
–
Rabb kalian adalah ALLAH (ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ)
–
Tidak ada ilah kecuali Dia (لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ)
–
Pencipta segala sesuatu (خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ)
–
Sembahlah Dia (فَاعْبُدُوهُ)
–
Dia adalah Pemelihara segala sesuatu (وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ)
Pedoman Hidup (مِنْهَاجُ الْحَيَاةِ)
• Para
rasul juga memberi petunjuk tentang aturan-aturan yang seharusnya menjadi
pedoman hidup mereka, bukan aturan-aturan yang dibuat mereka
• Pedomana
hidup itu seharusnya mampu mengarahkan manusia pada jalan yang lurus
(shiratul mustaqim) bukan jalan yang menyimpang dan sesat
• Pedoman
hidup itu adalah ISLAM (6:153) inilah yang mesti diikuti dan jangan
mengikuti pedoman yang lain karena akan menyimpangkan dari jalur
yang benar
• Beribadah
dengan Benar ( اَلْعِبَادَةُ اَلصَّحِيْحَةُ)
Berkat petunjuk
Rasul, manusia mengenal Allah SWT dengan benar dan mengikuti pedoman hidup yang
sejati
• Dengan
begitu, manusia akhirnya dapat beribadah kepada Allah SWT dengan ibadah yang
benar
• 21:25
à sembahlah AKU saja
• 98:5
beribadah dengan memurnikan ketaatan
BAB XIII
TAWAZUN
A.
Sikap terhadap
Dua Hal
Tawazun (keseimbangan) sangat penting
dalam kehidupan à tidak tawazun akan fatal akibatnya. Biasanya tawazun
berkaitan dengan mensikapi dua atau beberapa amal yang mesti dilakukan agar
sikapnya tepat (adil): memberikan hak kepada yang berhak
Tawazun di Alam
Semesta
•
Allah SWT menciptakan langit dan semua isinya dengan tawazun
•
55:7-9 ada 3 sikap:
–
Tawazun: وَوَضَعَ الْمِيزَانَ à وَأَقِيمُوا الْوَزْنَ بِالْقِسْطِ
–
Jangan berlebihan: أَلا تَطْغَوْا فِي الْمِيزَانِ
–
Jangan mengurangi: وَلا تُخْسِرُوا الْمِيزَانَ
•
Ada perintah dan larangan agar tetap menjaga keseimbangan (tawazun)
HANIF
• Adanya
fitrah inilah yang membuat manusia memiliki kecenderungan kepada kebaikan
atau yang disebut HANIF
• Maka
kecenderungan baik (hanif) mesti dipertahankan à 30:30 perintah untuk
perhatian terhadap DIEN YANG LURUS, yang akan membawa fitrah tetap pada
jalan yang lurus
• Ingat!
Bahan baku yang telah diberikan Allah itu baik, tapi jika tidak dipelihara akan
rusak
Memelihara Fitrah. Agar fitrah yang
hanif ini terpelihara dengan baik, perlu bersikap TAWAZUN terhadap 3 potensi
manusia: jasad, akal, dan ruh. Manusia menurut Islam terdiri dari 3 unsur:
1. JASAD (physical
being)
2. AKAL
(intellectual being)
3. RUH
(spiritual being) à Barat sering melupakan yang ini
اَلْغِذَاءُ اَلْجَسَدِيُّ (Makanan Jasad)
• Makanan
jasad, ya makanan yang biasa kita makan: nasi, tahu, tempe, daging, sayur,
susu, madu, air, dll
• Kurang
makanan à lemah, sakit, bahkan bisa mati (kelaparan)
• Allah
SWT telah menyediakan makanan untuk manusia dengan dua patokan:
1. Halal dan
baik 2:168, 5:88, 8:69, 16:114
2. Tidak
berlebihan 6:141, 7:31
Cenderung Berlebihan. Allah SWT hanya
melarang untuk tidak berlebihan, tapi tidak ada larangan jangan kekurangan.
Karena kecenderungan manusia dalam masalah ini adalah berlebihan, tidak ada
yang mau kekurangan. Bahkan tubuh manusia ternyata didisain oleh Allah, mampu menampung
lemak hampir tanpa batas à ada manusia yang berbobot 600 kg. Berlebihan di sini
juga berarti memakan makanan yang haram atau tidak membayar zakatnya (68:17-33)
atau mengharamkan makanan yang halal (66:1).
Agar mendapatkan makanan à mesti
bekerja: pekerjaan yang baik, bukan mencuri, menipu, dll . Makanan halal tapi
didapat dengan uang yang haram akan masuk ke dalam tubuh sehingga tubuh ada
unsur haramnya.
اَلْغِذَاءُ اَلْعَقْلِيُّ (Makanan Akal)
•
Makanan akal adalah ILMU
•
Kurang ilmu à akalnya lemah, “kurus” (bodoh)
• Seperti
makanan jasad, ilmu pun mesti yang baik sehingga bermanfaat
• Ilmu
yang buruk: ilmu sihir, ilmu mencuri, dll
Ayat-ayat yang
Pertama Turun: ILMU
Ada tiga surat
yang pertama turun
1.
Al-’Alaq: 1-5 à perintah membaca (iqra’)
2.
Al-Qalam à ayat 1 Demi PENA dan apa yang DITULIS
3.
Al-Muzammil:1-19 à perintah membaca al-Qur’an dengan perlahan (tartil)
•Pada masa
kejayaan Islam, ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat
HIKMAH. Jika
ilmu itu berkembang dengan baik, maka akan muncul hikmah (sikap bijak). 2:269
hikmah = kebaikan yang banyak
– Hikmah
adalah memahami al-Qur’an
– Hikmah
adalah kesesuaian ucapan dan perbuatan (الإصابة في القول والفعل)
– Hikmah
adalah mengenal agama, memahaminya, dan mengikutinya
– Hikmah
adalah pemahaman
– Hikmah
adalah rasa takut (al-khasyyah) kepada Allah, karena pangkal segala sesuatu
adalah takut kepada Allah
اَلْغِذَاءُ اَلرُّوْحِيُّ (Makanan Ruh)
• Makanan
ruh adalah dzikrullah (ingat kepada Allah)
• Inilah
makanan yang kurang mendapatkan perhatian manusia pada umumnya
•
“Lapar”-nya tidak terasa, padahal fenomenanya sudah muncul: gelisah, tidak
dapat tidur
• Padahal
ruh itu PENGENDALI diri kita
Tidak
Terkontrol
• Akibat
kelemahan ruh, maka kehidupan seseorang tidak akan terkontrol
–
Halal dan haram tidak dipedulikan
–
Orang lain susah pun tidak dipedulikan
–
Masyarakat hancur, negara hancur, bahkan dunia hancur pun tidak peduli
–
Ia akan mementingkan dirinya sendiri
Dzikrullah
•
33:41 dzikir yang banyak (ciri mu’min)
•
4:142 dzikir yang sangat sedikit (ciri munafik)
“Aku terserah
kepada persangkaan hamba-Ku terhadap Ku, jika ia menginat-Ku (baca: berdzikir)
dalam diri-Nya, aku akan menyebutnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku
didalam sebuah jamaah, aku akan menyebutnya di dalam jamaah yang lebih baik
dari mereka.” (Hadits Qudsi, Muttafaqun ‘Alaihi dari hadits Abu Hurairah)
•
Dzikir di sini bukanlah sebatas dzikir ucapan, tetapi
•
taubat itu merupakan dzikir
•
tafakkur itu dzikir
•
menuntut ilmu itu dzikir
•
mencari rezeki-jika niatnya baik-jiga termasuk dzikir
•
dan segala sesuatu yang di sana ada upaya taqarrub kepada Allah dan anda selalu
waspada akan pengawasan-Nya kepada anda, maka itu adalah dzikir.
•
Oleh karena itu orang yang arif adalah orang yang bisa berdikir di setiap waktu
dan kesempatan
Adab Berdzikir
:
1.
Khusyu’, menghadirkan hati dan pikiran akan makna-makna lafal yang terucap,
berusaha terwarnai olehnya, serta berusaha menetapi maksud dan tujuannya.
2.
Merendahkan suara sebisa mungkin, dengan konsentrasi yang penuh dan iradah yang
sempurna, sehingga tidak mengganggu yang lain (Al-A’raf: 205)
3. Sesuai
dengan jamaah (irama dan suaranya), jika kebetulan dzikirnya itu bersama
jamaah. Usahakan agar tidak mendahului, terlambat, atau mengungguli bacaan
mereka
4. Bersih
pakaian dan tempat, memperhatikan tepat-tempat yang terhormat dan waktu-waktu
yang sesuai
5.
Mengakhiri dengan penuh khusu’ dan adab, menjauhi kesalahan dan main-main, yang
hal itu bisa menghilangkan faedah dan pengaruh dzikir.
Macam-macam
Dzikir :
1.
Al-Wazhifah
2.
Wirid Qur’an
3.
Doa-doa siang dan malam
4.
Doa-doa yang ma’tsur dalam berbagai kesempatan
5.
Wirid Ikhwan: wirid doa dan wirid rabithah
Efek Kekurangan
Makanan. Terhadap jasad: lapar atau mati à efek pribadi
•
Terhadap akal: bodoh
•
Terhadap ruh: mati hati
Secara
rinci sudah diuraikan dalam madah “NAFSUL INSAN”
Ni’mat Lahir
dan Batin
• Jika
jasad, akal, dan ruh terpenuhi keperluannya dengan tawazun, maka itulah ni’mat
yang sejati: lahir dan batin (31:20)
• Kehidupannya
akan stabil, tidak mudah tergoncang
BAB XIV
MANAJEMEN WAKTU
A.
ARTI WAKTU
• Untuk
mengetahui arti satu tahun, tanya pada seorang siswa yang gagal SPMB
•Untuk
mengetahui arti satu bulan, tanya pada ibu yang melahirkan bayi prematur
•Untuk
mengetahui arti satu minggu, tanya pada editor majalah mingguan
•Untuk
mengetahui arti satu hari, tanya pada buruh harian yang punya enam orang anak
•Untuk
mengetahui arti satu jam, tanya pada orang yang sedang mengerjakan ujian
• Untuk
mengerti arti satu menit, tanya pada orang yang ketinggalan kereta
• Untuk
mengetahui arti satu detik, tanya pada seseorang yang selamat dari kecelakaan
•Untuk
mengetahui arti satu milidetik, tanya seseorang yang memenangkan medali di
Olimpiade.
MANAJEMEN WAKTU
Manajemen waktu adalah perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian, dan evaluasi penggunaan waktu.
STRATEGI
PENJADWALAN
•
Buat daftar kegiatan yang akan dikerjakan
•
Buat skala prioritas dari tiap kegiatan
•
Perkirakan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tiap kegiatan
•
Alokasikan waktu untuk tiap kegiatan
•
Kendalikan penggunaan waktu agar tercapai efisiensi
•
Evaluasi penetapan jadwal
PENYEBAB
PENUNDAAN
•
Menghindari hal yang dianggap tidak menarik, tidak menyenangkan, atau tidak
penting.
•
Tugas sangat kompleks sehingga mengurangi motivasi
•
Merasa masih memiliki banyak waktu
•
Malas
MENGHILANGKAN
KEBIASAAN MENUNDA
•
Amati kelakuan menunda
•
Temukan alasan penundaan
•
Singkirkan pikiran negatif
•
Jangan terus bekerja dalam tekanan
•
Jangan terbawa perasaan
•
Percaya diri untuk memulai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar